Karma is Dandelion


Dulu saya pernah menuliskan bahwa tidak ada gunanya kita melakukan kebaikkan demi mengharapkan orang lain melakukan hal yang sama pada kita. Karena, setiap orang itu berbeda. Jadi, tidak ada gunanya mengharapkan itu. Berbuat baiklah tanpa mengharapkan orang lain berbuat baik. Berbuat baik karena Allah. Setelah itu, saya juga teringat dengan ayat di bawah ini:

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri...” (Terjemahan Q.S. Al Isra: 7)


Artinya perbuatan itu akan kembali pada diri kita karena diri kita sendiri. Lebih mudahnya, pernahkah kita berpikir akan jadi apa diri kita di masa depan? Apa yang kita lakukan hari ini bisa jadi nanti akan menjadi diri kita di masa depan. Karena apa yang kita tanam akan kita tunai di masa yang akan datang. Kita sudah sering mendengar yang seperti itu kan? Sering banget malah.

*Membangun citra*

Pernahkah kita berpikir bahwa perbuatan kita kepada orang lain akan membangun citra diri kita di masa depan? Jika kita sering melanggar janji, maka di masa depan orang akan memandang diri kita sebagai pelanggar janji. Jika kita sering menyapa orang lain, maka di masa depan orang akan memandang diri kita sebagai orang yang ramah.
Ingin menjadi orang seperti apa kita di masa depan? Seperti apa kenangan yang kita harapkan akan orang lain kenang mengenai diri kita? Coba dipikirkan hal itu dan evaluasi diri kita sendiri. Toh, manusia pasti akan pergi, tapi kenangan bisa jadi sulit pergi. Lalu mau menjadi orang seperti apakah kita?

*Membangun identitas*

Bukan hanya membangun citra diri pada orang lain, tapi identitas kita sendiri. Siapa nih yang masih bingung, aku tu orangnya kayak mana sih sifatnya? Aku tu hobinya apa? Bakatnya apa? Kalau kalian bingung, bisa jadi karena kita belum menanam apapun pada diri kita sendiri. Karena kita adalah manusia yang lemah, kadang-kadang kita gak beneran tau kita itu minatnya dimana dan bakatnya dimana. Maka, saatnyalah kita menanam apa saja yang kita anggap ingin kita jadikan sebagai bagian dari diri kita.
Jika kita ingin menjadi seseorang yang rajin, maka mulai lah rajin, tanpa perlu menunggu pujian atau perintah orang lain. Berbuat rajinlah. Kebiasaan yang kita lakukan pada akhirnya akan terakumulasi, terkumpul, terformula, menjadi diri kita sendiri. Kita yang selalu mengerjakan tugas tepat waktu, akan menyadari bahwa diri ini adalah orang yang mengerjakan tugas tepat waktu, tidak suka menunda, sehingga untuk kegiatan lainnya pun begitu. Tanpa orang lain menyuruh atau memuji, lantas kita pun merasa tidak terbebani untuk mengerjakan tugas tepat waktu. Karena, itulah yang kita lakukan selama ini.
Membangun identitas inilah yang penting! Coba pilah pilih ingin menjadi apa kamu di masa depan? Carilah hal-hal yang bisa membuatmu menjadi seperti itu, lalu mulai lakukan! Karena, semua kebaikkan akan kembali menjadi dirimu sendiri.

Sebenarnya hanya sesimpel ini saja. Akhir-akhir ini saya tidak begitu pusing lagi memikirkan perilaku buruk orang lain terhadap diri saya. Karena bagi saya, orang seperti itu hanya membangun citra dan identitas dirinya. Saya malah kasihan jika ia terus berbuat buruk, karena citra dan identitasnya akan buruk. Selain itu, saya sangat kagum dengan orang-orang yang terus berbuat baik. Sebagai manusia, kita hanya bisa menilai apa yang bisa kita indera saja kan? Kadang, kita hanya bisa menilai hasil saja.
Ada orang yang terlihat sangat hebat sekali, beberapa orang akan membicarakan hal buruk padanya. Kalau saya sendiri, saya yakin, orang hebat itu, tidak membangun citra dan identitasnya dalam satu atau dua hari dengan penuh kemudahan. Bisa jadi bertahun-tahun dengan susah payah. Sementara, orang yang menjelekkan orang lain, sudah pasti citra dan identitasnya buruk atau tidak jelas. Ia bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang yang dijelekkan. Kalau diberikan kesempatan untuk berada di situasi yang sama, pasti orang itu tidak akan bisa melakukan yang sama dengan orang yang dijelekkan itu. Itu yang saya pikirkan.
Saya jadinya seringkali mengatakan ini kepada orang-orang di sekitar saya,

“pada satu masa, kamu akan malu dengan perbuatanmu ini” ketika ia berbuat hal buruk

Atau

“pada satu masa, kamu akan mensyukuri perbuatanmu ini” ketika ia berbuat hal baik

Saya seperti orang tua saja, haha.
Tapi, bagi saya itu benar-benar terwujud. Saya tipe yang masih menuliskan diary, saya juga menulis surat untuk diri saya di masa depan setiap saya ulang tahun. Saya sering mengintropeksi diri saya sendiri. Kadang-kadang saya malu dengan kebodohan saya, kadang-kadang saya menangis karena ternyata saya sudah berjalan sejauh ini dengan baik.
Ini baru perbuatan, belum sampai ke tataran pemikiran. Untuk pemikiran mungkin lain kali akan saya bahas, tapi pokoknya itu yang saya pikirkan dan rasakan. Semua kebaikkan dan keburukkan yang kita buat akan kembali pada diri kita cepat atau lambat. Dalam bentuk apapun dan waktu yang tak pernah kita duga. Tapi, semuanya adalah Qadha’, artinya semuanya ketetapan Allah, sudah menjadi Sunnatullah. Hal baik akan kembali pada kebaikkan, hal buruk akan kembali pada keburukkan.
Karma? Itu hanyalah pikiran kita. Kebenarannya, semua adalah Sunnatullah, akan kembali dengan takaran yang benar di waktu yang tepat.

Apa hubungannya karma dengan dandelion?

08/05/2020

Komentar

  1. Sunnatuah itu benar adanya ya mba. Aku jadi terinspirasi bikin surat untuk diri sendiri loh. Kapan kapan di coba ah.

    BalasHapus
  2. You reap what you sow, sunnatullah, so better do good. Jazakillah sharingnya mba

    BalasHapus
  3. Hahaha kupikir cuma aku sendiri yg nulis surat buat diri sendiri, membuat harapan2
    , kritik, masukan, hmm ternyata Ada juga yg melakukan nya jgšŸ˜¬ toossss

    BalasHapus
  4. Betul mba dlm islam gak da karma.. setuju banget.. jd pengen bikin surat untuj diri sendiri.. bisa jd self healing juga kaaan
    Jazakillah khair

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener banget.. nanti pas dibaca pasti seru. hehe.. aamiin.. jazakillah khair

      Hapus
  5. mengenali diri sendiri lebih dalam dengan lebih banyak bicara dengan diri sendiri
    masih jadi peer banget ini...tq for sharing mba :)

    BalasHapus
  6. Wah, dulu aku pikir nulis surat buat diri sendiri itu terlalu berlebihan haha
    Ternyata ada jg yg melakukannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ngelakuinnya sejak smp atau sma gitu, jadi seneng aja haha

      Hapus
  7. Bagaikan disentil dgn keras "ingin orang mengenang kita seperti apa kelak?" šŸ˜­

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ini selalu jadi pikiran saya. Supaya kita terus berusaha menjadi orang yg lebih baik lagi

      Hapus
  8. Iya mba, kadang suka menyesal kalau berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan pada orang lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kan? Jadi, ayo terus berbuat baik dan memperbaiki kesalahan

      Hapus
  9. Kata2 ini inspiring banget Mba šŸ˜Š "menuliskan diary, saya juga menulis surat untuk diri saya di masa depan setiap saya ulang tahun" makasih sharingnya Mba šŸ˜Š

    BalasHapus
  10. masyaa allah, jazakillah sharingnya mbak. jadi pengen nyoba nulis surat buat diri sendiri nih hehe

    BalasHapus
  11. Setuju bgt mba, aku dlu waktu gadis suka nulis surat buat aku beberapa taun ke depan,bner2 bisa buat motivasi dan perbaikan diri...

    BalasHapus
  12. Setuju mbaa, orang baik itu citra dan identitasnya bukan dibangun sehari dua hari, tapi melalui suatu perjalanan panjang yang prilaku-prilaku baiknya menjadi suatu kebiasaan :)

    BalasHapus
  13. "Hal baik akan kembali pada kebaikkan, hal buruk akan kembali pada keburukkan." ❤️

    BalasHapus
  14. Reminder sekali mbaa, kita pengen dikenal sebagai orang seperti apa ya harus diusahakan kesana..
    Thanks for sharing, jadi apa kaitannya dgn dandellion? Hehe

    BalasHapus
  15. Iya mba, kita perlu membangun identitas diri seperti apa, tentunya perlu mengenal diri sendiri terlebih dahulu. selanjutnya adalah menebar kebaikan seperti dandelion yang releasing its seeds ^^

    BalasHapus

Posting Komentar