Connect-Disconnect



Bunuh diri...

Kalau mendengar kata itu, apa yang ada dibenak kita? Jauh dari Tuhan, depresi, lemah, kurang liburan, dan lain sebagainya. Pokoknya kata-kata yang buruk. Jarang banget kita menggunakan kata lain. Sebenarnya bunuh diri tidak sesimpel itu, meskipun tidak sulit juga. Tapi, semakin sering kita meremehkan bunuh diri dan subjeknya, maka bunuh diri akan semakin marak.

Pada umumnya, bunuh diri memang diawali dengan depresi, meskipun tidak semua penderita depresi melakukan bunuh diri. Depresi adalah kesedihan berkepanjangan yang mempersulit dirinya menjalani kehidupan sehari-hari. Mengapa seseorang bisa menghadapi depresi? Setiap orang tentunya memiliki cerita yang berbeda-beda. Maka, sebelum seseorang mengambil keputusan untuk bunuh diri, tentunya pilihan itu adalah pilihan terakhirnya. Siapa pula yang ingin mati? Baginya, bunuh diri adalah jawaban dari semua masalahnya. Ia tidak tahu harus kemana atau bagaimana menjalani hidupnya lagi.

Kita sebagai orang yang berada di luar situasi itu, atau mengenal seseorang yang mengidap depresi, punya kemampuan untuk mengembalikan situasi itu. Maksudnya, kita yang memiliki pemikiran yang jernih harusnya mampu mengarahkan mereka untuk memilih jalan lain selain bunuh diri. Orang yang mengalami depresi sedang tidak berada kondisi yang baik. Pikirannya penuh dengan hal buruk dan kemungkinan buruk dalam hidup.

Pikiran yang penuh dengan keburukan itu membuatnya tidak bisa memaknai hidupnya. Padahal, hal itulah yang mempengaruhi seseorang dalam menjalani hidupnya, semangat dalam menjalani hidup. Pemaknaan hidup ini hilang, hilang pula kesadaran untuk terhubung kepada Tuhan. Hilangnya kesadaran terhubung ini tidak serta merta membuat seseorang meninggalkan ibadah. Seseorang yang rajin beribadah tetap bisa mengalami hal ini jika dalam ibadah kehilangan hubungan pada Tuhan. Menurut Islam, kehilangan hubungan pada Tuhan dimaksudkan dengan ruh, dan kehilangan pemaknaan hidup adalah kehilangan tujuan dalam hidup.

Jika kembali pada Islam, Islam mengajarkan akidah yang berarti ikatan. Ikatan itu adalah sesuatu yang membuat kita kembali kepada Allah. Akidah berarti pemikiran yang menyeluruh antara manusia, kehidupan dan alam semesta. Serta kehidupan sebelum dan sesudahnya. Semuanya saling terhubung. Seseorang yang memahami ini akan menyadari hubungannya kepada Allah. Ia yakin kalau manusia, kehidupan dan alam semesta adalah ciptaan Sang Pencipta, yaitu Allah. Allah yang menciptakan dan mematikan. Kepada Allah-lah tempat kembali. Serta segala hal yang berkaitan dengan semuanya. Akidah ini akan menjadi tujuan dalam hidup kita. Ketika kita menjadikan Allah sebagai tujuan hidup, maka tidak ada kebahagiaan selain kepada Allah.

Lalu, apakah orang yang bunuh diri tidak punya tujuan hidup? Ehm, mengatakan mereka tidak punya tujuan hidup tampaknya terlalu kasar? Bukannya tidak punya tujuan hidup, tapi mereka kehilangan itu. Buktinya mereka masih hidup sampai beberapa tahun. Tapi, seiring berjalannya waktu, tujuan hidup mereka mulai hilang. Ketika tujuan hampir tercapai, tapi tidak juga didapatkan. Atau tujuan sudah tercapai, tapi kebahagiaan tidak juga dirasakan. Benarkan tujuan hidup kita? Benarkah jalan hidup kita? Itu yang harus kita intropeksi. Terutama kita sebagai seorang muslim. Sudahkah Allah menjadi kebahagiaan kita? Keyakinan kepada Allah termasuk kepada Qodho’Nya. Apakah kita bertindak sebagai hamba yang berusaha atau “tuhan” yang menentukan? Sering kali kita mengabaikan itu. Kita memilih menjadi “tuhan” bukan “hamba”. Kita yakin sesuatu pasti terjadi dengan usaha, padahal belum tentu semuanya terjadi.

Akan sangat banyak sekali jika membahas hal ini. Tapi, yakinlah... semuanya dimulai saat kehilangan arah tujuan terjadi.

Ketika arah tujuan terjadi, kita kecewa. Kecewa pada keadaan, orang sekitar, Tuhan, bahkan diri kita sendiri. Kita kecewa, sedih, marah, benci. Semua emosi negatif datang semua. Pikiran tidak lagi benar. Semua orang salah. Tuhan salah. Lebih parahnya lagi, diri kita pun salah. Kita tidak tahu harus pergi kemana. Kita tidak tahu harus bersandar kepada siapa. Ingin pergi entah kemana. Ingin mati.

Gejolak perasaan dan pemikiran pada seseorang yang depresi sangat sulit untuk dipahami bagi orang-orang yang tidak merasakannya. Orang-orang kesulitan memahami ini karena orang yang depresi lebih sering diam dan tidak menyatakannya. Bukannya karena mereka malu, tapi sering kali karena tidak tahu harus memulai darimana. Mereka tidak ingin merepotkan orang lain tapi mereka sangat sulit menghadapi keadaan ini sendirian. Mereka tidak ingin dilihat lemah oleh orang lain tapi kondisi ini sangat berat untuk dihadapi. Mereka ingin kembali kepada Tuhan tapi mereka memutuskan kesadaran itu sejak lama. Mereka ingin kembali kepada diri sendiri tapi mereka sudah tidak mengenal diri mereka yang sebenarnya.

Sesulit itu merasakan depresi. Orang-orang mungkin akan menertawakan, tapi hidup seperti itu. Mengapa depresi itu bisa terjadi? Apakah bisa terobati? Penyakit mental sama dengan penyakit pada umumnya. Dia datang sebagai ujian bagi kita. Tentu saja bisa terobati, karena ada pula orang-orang yang sembuh darinya. Ujian ini bukan hanya bagi penderita, tapi juga orang-orang disekitarnya. Sudahkah kita memperhatikan dan perduli dengan orang sekitar kita? Kita perlu refleksi kepada diri kita, bukan hanya menyuruh orang lain untuk tidak depresi.

Tekanan seperti “gitu aja nangis”, “gitu aja gak bisa”, atau “dasar lemah”, hanya akan memperparah terjadinya depresi. Kita pun bisa jadi berdosa karena sudahlah kita menyakiti orang lain secara verbal, kita pula yang menghantarkan mereka untuk mendapat penyakit. “Itukan untuk melatih mentalnya”, jawab kita. Padahal, jika kita benar-benar ingin melatih mental, kita harusnya bukan hanya menjatuhkannya, tapi juga membantunya bangkit. Jika tidak, kita hanya ingin menjatuhkannya saja dan berlepas diri dengan itu. Ingatlah, setiap perbuatan dan perkataan kita pun akan dihisab oleh Allah.

Kesadaran hubungan kepada Allah, atau yang disebut dengan ruh, bukan hanya ketika ibadah. Dalam Islam, setiap perbuatan yang menghadirkan Allah adalah ibadah. Seseorang yang selalu mengingat Allah dalam setiap langkahnya memiliki ruh. Ruhnya pun sehat. Ketika ia terpenuhi dengan hal negatif, hilanglah ruh itu. Ia tidak bisa memanggilnya kembali. Hilangnya ruh, hilangnya tujuan hidup. Hilanglah dirinya. Tidak ada artinya lagi hidup.

Karena itu, penting sekali untuk memperbaiki kualitas kesadaran kita kepada Allah, bukan hanya menambah kuantitasnya. Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar, termasuk bersabar menghadapi depresi. Kadang orang yang depresi kehilangan hal ini, maka kitalah yang mendampingi mereka untuk terus sadar. Untuk mengambil alih pikiran-pikiran buruk itu. Membimbing dan menemaninya sampai ia bisa berdiri sendiri dan memahami cinta Allah yang tak terbatas.

Fenomena bunuh diri yang marak di era ini membuat kita semua intropeksi diri. Ada apa dengan dunia dan kemanusiaan? Apakah kebahagiaan benar-benar hilang? Ataukah kita yang tidak bisa memaknai kebahagiaan? Apakah Allah tidak ada? Ataukah kita yang menghilangkan diri dari Allah? Hal-hal semacam itu teruslah dicari.

Wallahu a’lam bishsawab

NB:
Kepada kalian yang mengalami depresi, segera hubungi pihak medis profesional. Insya Allah mereka akan membantu. Minta bantuan pada orang-orang yang terpercaya dan memiliki kemampuan untuk hal itu. Jangan menanggung segala beban sendirian. Kamu tidak sendiri.

Komentar

  1. Assalamu'alaikum mba salam kenal.. setuju banget sama tulisan 😊

    BalasHapus
  2. Semoga kita bisa terus fokus sama tujuan hidup yg sebenarnya ya mba, dan dijauhkan dari hal2 buruk yg tidak disukai Sang Pencipta ⚘

    BalasHapus
  3. Astagfirullah,semoga kita selalu menjadi orang yang selalu mendekatkan diri dan berserah diri

    BalasHapus
  4. Barakaullahu fiik tulisannya ngena bgt dihari aku, makasi mba, salam kenal

    BalasHapus
  5. Tulisannya mengena sekali mba...

    BalasHapus
  6. Support sistem dari semua pihak sangat penting. Kalau dalam Islam ada tiga pilar dalam negara sebagai pengokoh dan penopang masyarakat. Yaitu ketakwaan individu, kontrol masyarakat, dan peran negara. Tetap semangat ngeblog ya 😍💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget bu.. sistem yang sehat melahirkan individu yang sehat... <3

      Hapus
  7. Semoga kita dihindarkan dari penyakit psikologis ya mba...makasi sharingnya, salam kenal :)

    BalasHapus
  8. Iya mba, kadang aku merasa orang depresi karena gak ada lingkungan yang peka, semoga kita terhindar dari depresi dan bisa membantu orang agar bisa terhindar dari depresi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. iya lingkungan mungkin adalah hal penting, tapi diri kita sendiri juga faktor yang penting untuk melawan depresi dalam diri sendiri...

      Hapus
  9. Bismillah,,semoga bisa terus berpikir positif dan di jauhkan dari hal2 buruk, aamiin

    BalasHapus
  10. MasyaAllah, betul adanya. Banyaknya orang tidak tau cara menanggapi orang yang depresi. Ini video saya di youtube buat bantu ukhtifillah agar tidak salah tanggap. Jazakillah atas sharingnya...

    https://www.youtube.com/watch?v=5BJBblngOaM&t=205s

    BalasHapus
  11. Smoga kita slalu ingat tujuan hidup kita untuk kembali kepadaNya...
    Salam kenal ya mba 😊

    BalasHapus
  12. tulisannya inspiratif, salam kenal mba :)

    BalasHapus
  13. Assalamualaikum.. tulisannya bagus banget mba, auto ngefans. Salam kenal mba 🤗

    BalasHapus
  14. Kadang suka sedih pas denger berita bunuh diri Mba. Pasti pelakunya juga merasa tersiksa dan kehilangan tempat untuk bercerita hingga berfikir kematian akan menyelesaikan semuanya. Makany kita harus hati-hati berucap karena hal yang sepele bagi kita bisa jadi adalah hal yang serius bagi seseorang. Kita ga tau gimana keadaan mereka yang sebenarnya. Be kind, always :)

    https://mbakrib.wordpress.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener banget. selalu berbuat baik kepada orang... insya Allah berkah... <3

      Hapus
  15. MasyaAllah tabarakallah mba bagus banget tulisannya

    BalasHapus
  16. Kalo berbicara soal mental health yg perlu dicara adalah akar masalahnya. Terkadang pertanyaan yg menjurus me pernyataan, seperti oh km solatnya kurang khusyu, jauh dari Allah, rasanya kurang tepat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang harus didiskusikan terlebih dahulu.. karena org sprti itu tdk bisa berpikir jernih.. barulah stlah situasi stabil diajak kepada Allah. Jdi inti poinnya kembalikan kepada Allah. 😊

      Hapus

Posting Komentar