Nyadar gak sih, kalau misalnya kita lagi nyari beasiswa nih, tiba-tiba aja medsos kita isinya tentang beasiswa dan iklan-iklan beasiswa. Atau pas lagi nyari baju gamis, tiba-tiba aja ada akun gamis atau hijab yang ngefollow. Atau pernah heran gak sih, kita direkomendasikan untuk menonton video yang udah ditonton oleh temen kita di youtube?
Ya, itu namanya kemampuan
algoritma dalam internet. Algoritma yang memusingkan ini, yang kita males banget
pelajari ketika sekolah, hasilnya bisa kita nikmati saat ini. Ucapkan terima
kasih kepada para penemunya, terutama kepada Al Khawarizmi, pencipta angka 0!
Kisahnya yang cukup panjang, silahkan baca sendiri di internet (jeng jeng).
Algoritma akan menuntun kita ke arah yang kita inginkan. Misalnya, kalau kita
pengen nyari beasiswa, biasanya kita akan buka satu akun beasiswa, satu akun
beasiswa itu akan mengarahkan kita ke akun beasiswa lainnya. Membuat kita
membuka akun lainnya, dan akhirnya semua akun dan iklan beasiswa akan
bermunculan di akun medsos kita. Makanya, kalau kita follow, comment atau like
di satu akun saja, maka akun yang sejenis akan mendatangi akun kita. Selain
karena promosi, hal itu juga semacam peran algoritma internet. Semuanya itu akan
membuat beranda atau bagian jelajah kita akan dipenuhi hal yang sama.
Jadi, gak perlu juga sih ngomong, “kok kebetulan banget pas aku nyari ini, eh muncul ini. Apakah ini konspirasi dunia?”. Gak, gak gitu juga kaliii...
Next. Selain pencarian pribadi,
hal ini juga berkaitan dengan teman dan servernya. Kalau misalnya teman kita
memfollow suatu akun, maka akun tersebut juga muncul di beranda atau jelajah
kita. Bahkan misalnya, kita tidak memfollow teman kita, tapi menggunakan server
yang sama, pasti akan muncul juga. Seperti itulah algoritma.
Algoritma ini kalau digunakan
dengan baik, tentunya akan menghasilkan hal baik, begitu pula sebaliknya. Kalau
mau menggunakan ilmu deduksi (menurut Sherlock Holmes), kita bisa tahu seperti
apa orang tersebut dari akunnya, bagian jelajah dan berandanya, dan teman-teman
yang diikuti. Well, kehidupan maya dan nyata akhir-akhir ini sulit untuk
dipisahkan, salah satu caranya begitu. Beberapa perusahaan kadang kali meminta
calon karyawan untuk memasukkan email dan dari situ mereka akan mencoba membaca
secara umum algoritma atau penjelajahan internet dari karyawan. Apa saja yang
disukai dan tidak disukai, aktivitas di internet, hubungan dengan orang-orang
di internet dan lain sebagainya. Meskipun bagian privat tertutup rapat, tapi
hal umum tetap bisa terbaca.
Algoritma ini juga salah satu
yang mampu mengubah cara pandang banyak orang. Kalian mesti tau apa yang
terjadi di facebook yang menghebohkan awal tahun ini, tentang data pribadi di
facebook. Sebenarnya Cambrige Analyst menggunakan algoritma saja, jadi mereka
menyebarkan kampanye calon presiden tertentu di akun facebook secara massal dan
membuat kecenderungan pemilih untuk memilih calon tersebut. Begitu doang. Tapi
efeknya besar. Karena, sekali kita menerobos algoritma, segala hal bisa
terkuak.
Saya bukan orang yang begitu paham mengenai hal ini, kalian bisa nanya sama yang lebih ahli. Tapi, kalau tahu dasarnya, dan peka dengan lingkungan sekitar, kita bisa tahu cara main algoritma, beserta pengaruh media massa untuk brain storming. Media massa adalah salah satu alat untuk mempermainkan otak kita. Jangan mudah percaya dengan fakta yang kita lihat, cobalah mencari lebih dalam.
By the way, ketimbang membahas
segala macamnya, kalian bisa baca banyak tulisan mengenai algoritma ini.
Bukannya saya malas, cuman bukan itu poin yang ingin saya tonjolkan. Poin yang
ingin saya tonjolkan adalah algoritma ini pun terjadi dalam kehidupan kita
sebagai manusia. Apa yang kita cari, akan mendatangi kita. Misalnnya, ada yang
bilang Jogja itu ngangenin. Kalau kita tinggal disana, ketika pulang pasti kita
kangen. Itu gak seluruhnya salah, meskipun gak seluruhnya benar. Karena semua
tergantung pada pengalaman dan pengambilan fakta tiap orang. Jika ia
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, pastilah ia akan merasa kangen. Tapi
bagaimana jika ia mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan? Pasti tidak
kangen. Kecuali jika ia mampu belajar dari segala pengalaman. Kalau begitu,
dimana pun kita berada, kita pasti kangen. Ketahuilah, perasaan kangen itu
muncul karena adanya perasaan menyenangkan yang tertinggal. Ea ea....
Nah, itulah maksud saya. Ada
juga yang bilang, jika kita berbuat buruk lalu pergi haji atau umroh, maka kita
akan mendapatkan hal-hal buruk di sana pula. Itu bukan sekadar isapan jempol
belaka. Itu bisa terjadi, bisa tidak. Tapi, orang yang sudah mendengar berita
buruk mengenai desas-desus ini akan pergi sambil membawa pikiran negatif.
Sehingga apapun yang terjadi di sana akan dipandang buruk. Lift yang lama
terbuka saja menjadi masalah, padahal manusia di sana itu ada jutaan,
penggunaan lift tentu saja jadi lambat karena harus ngantri. Tapi, jika kita
pergi dengan pikiran baik, maka akan banyak hal baik terjadi.
Kehidupan secara umum seperti
itu. Jika kita mencari kebaikkan, maka kebaikkan akan datang. Satu demi satu,
maka raihlah. Kalau kita malah tidak mengambil kebaikkan itu, tidak berjalan
bersamanya, maka kita akan kehilangannya. Kita akan tersibuk dengan yang lain.
Selama ini kita berpikir betapa
sulitnya mendapatkan kebaikkan, betapa sulitnya mendapatkan hidayah. Padahal
sekitar kita, kehidupan kita, alam ini dan semuanya sudah memberikan kesempatan
kepada kita. Mari kita renungkan, sudah berapa orang yang mengajakkan kepada
kebaikkan yang kita abaikan? Sudah berapa kajian yang kita lewati? Sudah berapa
azan yang tidak kita jawab panggilannya? Sudah berapa banyak?
Kita pun mengabaikan teman dan
lingkungan kita. Kita beralasan, “Toh, saya berteman dengannya hanya teman. Dia
tidak akan mempengaruhi kita.” Padahal sedikit demi sedikit kita mendekatinya,
membiarkan perilaku buruknya, bahkan mendukung dan mengikutinya. Mari kita
lihat, lebih banyak teman mengajak kepada kebaikkan atau mengajak keburukkan?
Setelah kita hitung-hitung,
ternyata ada lebih banyak teman yang mengajak kepada keburukkan daripada
kebaikkan. Akhirnya kita menyalahkan mereka. Bukan, bukan begitu caranya. Kita
juga makhluk hidup. Jangan jadikan diri ini sebagai korban kejahatan, jadilah
pelaku kebaikkan! Ajak teman-teman menuju kebaikkan. Satu orang yang kita ajak akan
mengajak banyak orang. Jangan malu dan ragu dengan satu kebaikkan. Jangan
pasrah dengan keadaan. Bergeraklah!
Algoritma kehidupan ini jarang sekali kita pahami. Kita berusaha agar orang lain yang mempengaruhi kita. Kita tidak berusaha untuk mencari. Kita tidak berusaha untuk meraih. Kita menunggu. Padahal, kita benci menunggu, tapi tanpa sadar kita menunggu dalam kehidupan ini.
Algoritma kehidupan seringkali
disebut karma. Tapi, ini lebih dari karma. Algoritma kehidupan membuat kita
sadar sebab dan akibat. Kita sadar qadha dan qadar Allah. Kita paham bagian
mana yang bisa kita usahakan dan tidak. Kita selalu mengejar dan membersamai
hidayah. Kita selalu berusaha, bersyukur, bersabar dan berpikir positif. Kita
akan berlapang dada dan bahagia. Kita selalu optimis.
Algoritma kehidupan, membuat
hidup menjadi lebih hidup. Karena itu, mari sebarkan kebaikkan. Sebarkan
sebanyak-banyaknya. Menyebarkan kebaikkan akan membuat kita mendapatkan
kebaikkan. Orang yang hebat bukan orang yang tidak pernah mendapatkan kesulitan.
Tapi orang yang terus memberi kebaikkan meskipun ia sering mendapatkan
kesulitan. Mengapa? Karena dibalik kesulitan, ia selalu bisa menemukan
kebaikkan dan kemudahaan.
Selalulah berdoa agar dalam
kehidupan kita selalu diberkahi dan diridhoi oleh Allah.
Wallahu 'alam bisshawab
Komentar
Posting Komentar