Ukhuwah Islamiyah Untuk Kesekian Kalinya



Sudah berapa lama kita hidup di dunia ini? Sudah berapa kali kita mengikuti kajian mengenai Isra’ Mi’raj? Setiap daerah tentunya memiliki caranya sendiri untuk merayakan Isra’ Mi’raj. Itupun jika beberapa daerah merayakan, jika tidak? Keadaan sama saja seperti hari biasanya. Tapi, untuk daerah yang merayakan Isra’ Mi’raj tentunya kajian mengenai hal tersebut dilangsungkan tiap tahunnya. Anggaplah sepanjang usia sekolah kita, karena pada umumnya, setiap sekolah mewajibkan muridnya untuk mengikuti kajian Isra’ Mi’raj.
12 tahun dan beberapa tahun tambahan lainnya mengikuti kajian yang sama selama kurang lebih 12 kali. Apa yang kita dapatkan dari kajian Isra’ Mi’raj selain perjalanan dalam semalam milik Rasulullah dari Madinah ke Al Quds lalu ke surga/langit dan kembali ke madinah lagi. Beberapa orang tidak mempercayai Rasulullah. Jangankan orang-orang yang hidup di jaman Rasulullah, saat ini saja belum ditemukan adanya pintu kemana saja. Bagaimanalah mereka bisa percaya, bagaimanalah kita bisa percaya? Ada begitu banyak orang kafir (Nasrani, Yahudi dan Majusi) beserta orang munafik (muslim yang benci Islam) yang membantah berita itu dan mengolok-olok Rasulullah. Hingga hanya Abu Bakar ash Shidiq yang membela Rasulullah dengan membenarkan semua perkataannya mengenai kondisi dan keadaan al Quds.
Lalu apa hubungannya dengan ukhuwah Islamiyah?
Dari cerita di atas kita bisa melihat bahwa dalam keadaan apapun, umat muslim masih mempercayai Rasulullah. Dalam keadaan tidak masuk akal ataupun masuk akal. Hanya orang-orang kafir dan munafiklah yang tidak mempercayai Rasulullah. Lalu mengapa mereka mempunyai kekuatan dan kepercayaan yang teramat kepada Rasulullah? Ikatan apakah yang mengikat mereka?
Jawabannya tentu saja Islam. Nah, di sinilah poin penting dari pembahasan saat ini. Manusia pada dasarnya mempunyai kebutuhan untuk berkoloni, bermasyarakat, berkelompok, saling membutuhkan. Dalam buku sosial mungkin kita pernah membaca bahwa manusia adalah makhluk sosial dimana mereka membutuhkan orang lain. Memang seperti itulah manusia, artinya munculnya kelompok, komunitas, partai, organisasi, lembaga dan sebagainya adalah sebuah keniscayaan. Memang begitu adanya dan hukumnya sendiri mubah.
Hal-hal apa saja yang pada umumnya mengikat manusia? Ada beberapa hal, seperti memiliki pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama. Atau ada juga karena memiliki kebutuhan yang sama. Atau karena berada di wilayah yang sama. Atau karena memiliki nasib sepenanggungan yang sama. Ada begitu banyak alasan, dan dari semua alasan itu hanya satu yang memiliki ikatan yang kuat.
Kelompok yang terbentuk karena memiliki kebutuhan yang sama akan bubar hanya setelah kebutuhan itu terwujud. Tapi, meskipun kebutuhan itu terwujud, sudah sifat manusia tidak pernah puas, maka mereka pun mencari hal lain lebih dari itu. Keadaan dan keinginan seperti inilah yang membawa kelompok tersebut menuju jurang kehancuran.
Kelompok yang bergabung karena memiliki nasib dan wilayah yang sama pun seperti itu. Tidak mesti karena memiliki nasib dan wilayah yang sama sebuah organisasi akan kuat. Lha wong rakyat satu negara saja bisa bersiteru. Padahal mereka memiliki nasib dan wilayah yang sama. Berbagi penderitaan yang sama. Tetap bertengkar dan terjadi peperangan. Akhirnya ingin memisahkan diri dan hancurlah organisasi itu.
Yang tersisa adalah motif pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama. Organisasi seperti ini akan memiliki kekuatan yang cukup baik dalam mengarungi berbagai masalah di hadapannya. Sebuah masalah tidak menjadi masalah karena mereka memiliki persatuan yang cukup kuat.
Kita melihat sebuah organisasi non profit yang tidak memiliki motif kebutuhan apapun selain kebutuhan akan pemuas rasa kemanusiaan dan kebutuhan menolong. Mereka bertahan cukup kuat bahkan tanpa mendapatkan material apapun. Sementara kita melihat organisasi internasional bahkan bisa bertahan lebih solid dan kuat dibandingkan organisasi semacam ini. Sebutlah semacam fanclub olahraga atau lainnya, atau organisasi kemanusiaan berbasis internasional (WHO atau UNICEF), dan lain sebagainya. Mereka tidak memiliki nasib yang sama dan wilayah yang sama, tapi mereka memilki pemikiran dan perasaan yang sama sehingga terbentuklah sebuah aturan yang mengikat mereka.
Artinya ketiga hal ini cukup penting dalam sebuah organisasi.
Ketika masyarakat pada umumnya membentuk organisasi karena motif-motif tanggung di atas, Rasulullah mendobrak paradigma tersebut. Pada zaman dahulu, organisasi terbentuk karena motif-motif di atas, maka muncullah Rasulullah membawa mabda Islam dan membentuk organisasi dimana mabda Islamlah yang mengikat kaumnya. Mereka memiliki pikiran dan perasaan yang satu di bawah aturan yang satu.
Rasulullah tidak berbeda dengan nabi lainnya yang membawa ajaran ketauhidan, Rasulullah juga membawa Islam sebagai agama penyempurna dan sebagai jalan hidup manusia. Perbedaan inilah yang membawa Rasulullah menjadi tokoh yang paling berpengaruh di dunia, membawa Islam menjadi agama yang paling berpengaruh dengan perkembangan yang sangat pesat. Beliau membentuk umat sebagai sosok yang tangguh dalam menghadapi semua masalah dan lembut dalam berperilaku dengan orang lain. Tiada cela sehingga semua orang pun tidak bisa menahan pujian kepada Rasulullah. Kecuali sekian saja musuh-musuh Islam yang membencinya.
Kita bisa melihat keadaan umat Islam ketika disiksa di Makkah dengan berbagai siksaan yang menyakitkan. Tapi, apakah mereka beralih dan meninggalkan Islam? Sekali-kali tidak. Malah keimanan semakin berkibar di hati mereka. Saat ini, kita bisa melihat umat muslim di Suriah, muslim di Palestina, Rohingya di Myanmar, Kashmir di India, Uighur di Cina, muslim minoritas di Eropa dan Amerika, hingga muslim mayoritas di timur tengah dan Asia Tenggara. Tidak ada yang benar-benar terbebas dari sistem zalim. Mereka disiksa untuk meninggalkan agamanya, apakah mereka meninggalkannya? Tidak.
Karena pemikiran dan perasaan mereka sudah menjadi satu. Mereka mempunyai ikatan yang begitu kuat, yang bisa kita sebut sebagai akidah Islam. Ikatan bahwa mereka adalah muslim, hidup dan mati. Apapun yang terjadi mereka akan menjadi muslim, dalam keadaan apapun. Mereka saling bahu membahu, karena muslim adalah bersaudara. Satu sakit, maka yang lain pun sakit. Inilah yang disebut ukhuwah Islamiyah. Lalu mengapakah keadaan umat tidak menjadi lebih baik meskipun kita memiliki pemikiran dan perasaan yang sama?
Karena kita, orang-orang yang tidak sadar akan pemasalahan umat Islam. Yang tidak sadar akan ikatan ini melupakan mereka. Kita tidak menyadari bahwa kita memiliki ikatan kuat yang sudah dijalin oleh Rasulullah dan para sahabat. Kita melupakannya, sedikit demi sedikit kita terlepas dari tali itu dan mengundurkan diri dari barisan. Tanpa kita sadar, kita telah siap dimakan oleh serigala berselimut domba.
Itulah mengapa, sebuah organisasi yang tidak memiliki pemikiran dan perasaan yang sama akan kesulitan dalam menjalani kehidupan organisasi. Dengan sulitnya kesatuan pemikiran dan perasaan itu maka sulit pula membentuk peraturan. Tak heran jika ada anggota yang mangkir dari kegiatan atau tidak mematuhi aturan, sebenarnya pemikiran dan perasaannya berbeda dengan organisasi, sehingga mereka tidak bisa mematuhi aturan tersebut. Mereka membuat aturannya sendiri.
Sama halnya dengan keadaan masyarakat saat ini, karena pemikiran dan perasaan yang berbeda, mereka membuat aturan sendiri dan tidak mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh pemimpin mereka dan menjauhkan diri dari kelompok. Itulah penyebab dari munculnya pertikaian kelompok secara internal. Munculnya musuh-musuh dalam selimut karena kesalahpahaman persepsi dan ketidakmampuan dalam menerima perbedaan. Secara umum tentunya kita tidak bisa membuat semua orang memiliki pemikiran dan perasaan yang sama, tapi demi sebuah kemaslahatan dan kebaikan, maka nilai-nilai kebenaran tentunya bisa disatukan. Karena manusia memang berbeda, tidak bisa kita paksakan mereka untuk sama semuanya. Tapi, bukan berarti kita membiarkan semua perbedaan itu muncul dalam hal-hal yang utama, karena hal itu akan memunculkan permasalahan di kemudian hari. Perbedaaan cabang adalah hal yang biasa, perbedaan pokok adalah masalah.
Ketika akhirnya sebuah organisasi mampu menyatukan semua pikiran dan perasaan di bawah aturan yang satu, maka semua masalah yang dihadapi tidak lagi menjadi sebuah masalah. Mereka bisa menggunakan berbagai cara dalam menyelesaikan masalah tanpa ada satupun yang tersakiti meskipun mungkin akan ada banyak pengorbanan. Semua ridho dan rela atas keputusan yang telah dipilih oleh pemimpin, atas dasar kebenaran dan kebaikkan, berlandaskan Al Qur’an dan As Sunah.
Lalu bagaimanalah caranya untuk membentuk ukhuwah dalam sebuah organisasi secara khusus dan ukhuwah Islamiyah secara umum? Saatnya kita memikirkan dan memulai ide-ide tersebut. Karena kitalah orang-orang yang akan membangun organisasi, bukan orang lain, maka kitalah yang mengenai organisasi kita dibandingkan orang lain. Sebuah organisasi bukan miliki perorangan atau beberapa orang, tapi miliki semua orang yang ada di dalamnya. Kesuksesan juga ditentukan oleh semua orang.
Perubahan harus dibentuk sekarang, menunda tidak akan mengubah apapun!

Wallahu a’lam bisshawab

Kajian Umum di AMKT Ruhui Rahayu Yogyakarta
2017

Komentar