Mengusahakan Kebaikkan


Apa saya pernah bercerita bahwa saya tidak percaya dengan prinsip “hasil tidak akan mengkhianati usaha” atau “usaha tidak akan mengkhianati hasil”? Yah, apapun redaksinya, saya tidak setuju dengan kata-kata itu. Bohong! Bohong semuanya! Karena saya seringkali dikecewakan dengan hasil yang saya dapatkan dari usaha yang saya lakukan. Saya berfikir bahwa takdir Allah senang sekali mempermainkan manusia.

Tapi, ternyata saya salah. Bukan takdir Allah yang mempermainkan manusia, manusialah yang mempermainkan takdir Allah.

Saya seringkali mengusahakan sesuatu, tapi seringkali hasilnya tidak sesuai dengan apa yang saya usahakan. Tapi saat itu, saya baru sadar, bukanlah hasil itu yang salah. Sayalah yang salah menggambarkan, mendefinisikan seperti apa hasil yang saya harapkan. Seperti apa hasil yang harusnya saya dapatkan. Semua itu salah.

Allah lebih mengenal kita, Allah lebih layak menilai usaha kita. Artinya hasil yang kita harapkan, yang kita dambakan, yang kita definisikan, belum tentu itulah yang akan diberikan oleh Allah. Allah-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Memahami.

Bisa jadi usaha kita salah, bisa jadi usaha kita tidak tepat, bisa jadi....

Bisa jadi hasil kita yang ini lebih baik, bisa jadi hasil kita yang ini lebih berpahala, bisa jadi...

Sejak memikirkan ini, saya menjadi sangat bersalah kepada Allah dan kepada diri saya sendiri. betapa memalukannya saya ini sebagai manusia, mengharapkan hasil yang belum tentu baik dan benar di hadapan Allah. Belum tentu Allah meridhoi semuanya, belum tentu semuanya berkah, bukankah begitu?

Akan sangat menyedihkan, ketika ternyata selama ini apa yang kita dapatkan tidak diridhoi oleh Allah.

Akan sangat menyedihkan, ketika kita menangisi semua yang pergi dari kita.

Sangat menyedihkan dan sangat memalukan sekali di hadapan Allah.

Sudah saatnya saya mulai mengubah dan membuka cakrawala pemikiran saya. Saya baru menyadari betapa terlambatnya saya mendewasakan diri. Betapa lambatnya saya menyadari semuanya. Dan betapa tidak dewasanya saya.

Betapa diri saya ini tidak tahu diri di hadapan Allah.

Astagfirullahaladzim.

Mari bersyukur mulai dari sekarang.

Serahkan semua permasalahan hanya kepada Allah. Serahkan semua usaha hanya kepada Allah. Ikhlaskan semua yang pergi dan bersyukur atas semua yang diterima.

Bukankah kebahagiaan tertinggi kita ada ketika Allah ridho kepada kita?

Indahnya menjadi seorang muslim dan muslimah. Kebahagiannya simpel. Tidak muluk-muluk.
.
.
.
.
.
.
Tapi, ngomong-ngomong karena saya tidak suka dengan kata khianat mengkhianati, saya tetap tidak setuju dengan kata-kata di atas. Hehe. Soalnya prinsip saya adalah tidak menyukai kata-kata populer. (Pembaca : apaan sih, prinsip macam apa itu?) Maaf, mohon jangan laporkan saya kepada polisi dengan pasal meresahkan masyarakat dan menimbulkan perpecahan. Jangan, jangan.

Pada intinya adalah saya menerima kata-kata yang di atas, di paragraf pertama tadi dengan redaksi yang dibenarkan oleh publik. Saya tidak tahu sih redaksi sebenarnya seperti apa. Pokoknya, usahakanlah kebaikkan, maka kebaikkan akan mengusahakan. Begitu?

Nah, mulai dari sekarang, tetaplah berusaha. Meskipun hasilnya tidak seperti yang diusahakan, tetaplah bersyukur. Berdoa semoga semua usaha diridhoi oleh Allah, berpahala dan mendapat berkah. Aamiin.

Selamat mengusahakan kebaikkan! 😊
Yogyakarta, 1 Oktober 2017

00.39 WIB

Komentar