Not mine |
Anti
social? Kita sering berfikir seseorang dengan perilaku anti social adalah
seseorang yang mengurung diri seharian dan kerjaannya hanya main game. Ah,
tidak juga. Persepsi yang kurang benar ini harus dibenarkan untuk memperingati
masyarakat akan bahaya anti social.
Apa yang
dimaksud anti social? Anti social ini termasuk dalam personality disorder
Cluster B. Kalau dibahas terlalu detil, akan membuat ceritanya menjadi panjang,
jadi saya singkat saja. Selebihnya, bisa bertanya kepada psikolog dan membaca
literatur terpercaya. Perilaku ini menandakan adanya pola tingkah laku mengabaikan
dan melanggar hak orang lain. Artinya, bukan sekedar mengurung diri, tapi
benar-benar mengabaikan dan melanggar hak orang lain. Beberapa diantaranya
adalah ODD dan CD tadi.
Tapi, lebih daripada
itu, antisocial bisa saja dimiliki oleh orang dengan kepribadian yang tampaknya
baik. Sehingga, seringkali disebut memacu munculnya psikopat atau sosiopat pada
diri seseorang. Kita sudah sering mendengarkan mengenai orang seperti itu
bukan? Selain membaca anti-social, seseorang dengan psikopat juga tak jarang
memiliki gangguan narsistik dan histerik.
Ia bangga pada
dirinya sendiri, selalu merasa benar, tidak menerima pendapat orang lain,
menarik perhatian orang lain, menginginkan simpati, sering mendendam dan lain
sebagainya. Untuk banyak pandangan psikologis, ada berbagai penyebab dari
munculnya perilaku ini. Mulai dari trauma masa lalu, kesalahan proses belajar,
kesulitan dalam beradaptasi, ketidakmampuan untuk mengaktualisasikan diri dan
lain-lain.
Karena itu,
anti-social bukan sekedar pembahasan orang-orang yang tidak mau keluar, tapi
juga keberadaan orang-orang yang mampu merusak oranglain bahkan dirinya
sendiri. Jadi, jangan mudah menilai seseorang menderita anti-social atau
menilai diri sendiri seperti itu. Karena seringkali kita tidak menyadarinya. Orang
pendiam yang tidak melanggar norma tidak serta merta bisa disebut anti-social. Mungkin
ia mengalami gangguan yang lain, seperti kecemasan sosial atau social phobia.
Mengapa saya membahas
ODD dan CD terlebih dahulu baru anti-social? Ya, sebenarnya memang kerangka di
pikiran saya agak kacau, hehe. Ehm, tidak juga. Apakah teman-teman tahu bahwa
ada sebuah anti-social social club? Saya pernah membacanya di sebuah selebaran
di jalanan. Ini adalah sebuah tren kapitalis dalam penjualan produk. Hanya sekedar
ungkapan ‘muak akan kehidupan masyarakat yang suka mengurusi kehidupan orang
lain’.
Tapi, bukan sekedar
menjadi tren yang menguntungkan, tapi bisa menjadi lifestyle. Tahukah kalian
betapa berbahayanya kalau tren seperti ini berubah menjadi lifestyle? Maka,
semua orang akan mengabaikan kehidupan orang lain dan tidak memperdulikan norma
yang ada di masyarakat. Maka benarlah akhirnya kapitalisme menyuburkan
individualise di tengah-tengah kehidupan sosial.
Memang, seringkali
masyarakat membuat kita serba salah. Mereka menilai berdasarkan apa yang mereka
yakini benar, meskipun belum sebenarnya benar. Karena standar penilaian mereka
adalah hawa nafsu. Hal ini bisa jadi menghambat manusia untuk mencapai
aktualisasi diri mereka.
Tapi, masyarakat juga
diyakini mampu sebagai ‘pawang norma/hukum masyarakat’ agar saling mengingatkan
dalam kebenaran. Jadi, tetap harus menjadi pertimbangan dalam melakukan sebuah
perbuatan. Apalagi jika diingatkan dalam kebenaran dalam standar yang benar dan
membenarkan, yaitu Islam. Maka siapapun harus menerimanya, meskipun ia adalah
pimpinan masyarakat tersebut.
Tren anti-social
social club ini awalnya mungkin hanya permainan. Tapi lama-kelamaan kita tidak
akan tahu bagaimana ini berkembang dan mengubah pola pikir remaja yang
mengemban masa depan umat. Kalian (remaja) boleh saja terus berjalan menjadi
diri sendiri dan tidak memperdulikan pandangan orang lain. Tapi tetaplah
ketahui bahwa masyarakat telah hidup lebih lama dan mengalami banyak pengalaman
kehidupan yang mungkin saja penuh dengan kebaikan dan hikmah. Tetap, kita harus
belajar.
‘Menjadi diri sendiri
tidak perlu dengan menyendiri’
Correct me if I’m
wrong
To be continued
Komentar
Posting Komentar