No Rage Child Anymore (Part 2)

Not mine

Anti social? Kita sering berfikir seseorang dengan perilaku anti social adalah seseorang yang mengurung diri seharian dan kerjaannya hanya main game. Ah, tidak juga. Persepsi yang kurang benar ini harus dibenarkan untuk memperingati masyarakat akan bahaya anti social.
Apa yang dimaksud anti social? Anti social ini termasuk dalam personality disorder Cluster B. Kalau dibahas terlalu detil, akan membuat ceritanya menjadi panjang, jadi saya singkat saja. Selebihnya, bisa bertanya kepada psikolog dan membaca literatur terpercaya. Perilaku ini menandakan adanya pola tingkah laku mengabaikan dan melanggar hak orang lain. Artinya, bukan sekedar mengurung diri, tapi benar-benar mengabaikan dan melanggar hak orang lain. Beberapa diantaranya adalah ODD dan CD tadi.
Tapi, lebih daripada itu, antisocial bisa saja dimiliki oleh orang dengan kepribadian yang tampaknya baik. Sehingga, seringkali disebut memacu munculnya psikopat atau sosiopat pada diri seseorang. Kita sudah sering mendengarkan mengenai orang seperti itu bukan? Selain membaca anti-social, seseorang dengan psikopat juga tak jarang memiliki gangguan narsistik dan histerik.
Ia bangga pada dirinya sendiri, selalu merasa benar, tidak menerima pendapat orang lain, menarik perhatian orang lain, menginginkan simpati, sering mendendam dan lain sebagainya. Untuk banyak pandangan psikologis, ada berbagai penyebab dari munculnya perilaku ini. Mulai dari trauma masa lalu, kesalahan proses belajar, kesulitan dalam beradaptasi, ketidakmampuan untuk mengaktualisasikan diri dan lain-lain.
Karena itu, anti-social bukan sekedar pembahasan orang-orang yang tidak mau keluar, tapi juga keberadaan orang-orang yang mampu merusak oranglain bahkan dirinya sendiri. Jadi, jangan mudah menilai seseorang menderita anti-social atau menilai diri sendiri seperti itu. Karena seringkali kita tidak menyadarinya. Orang pendiam yang tidak melanggar norma tidak serta merta bisa disebut anti-social. Mungkin ia mengalami gangguan yang lain, seperti kecemasan sosial atau social phobia.
Mengapa saya membahas ODD dan CD terlebih dahulu baru anti-social? Ya, sebenarnya memang kerangka di pikiran saya agak kacau, hehe. Ehm, tidak juga. Apakah teman-teman tahu bahwa ada sebuah anti-social social club? Saya pernah membacanya di sebuah selebaran di jalanan. Ini adalah sebuah tren kapitalis dalam penjualan produk. Hanya sekedar ungkapan ‘muak akan kehidupan masyarakat yang suka mengurusi kehidupan orang lain’.
Tapi, bukan sekedar menjadi tren yang menguntungkan, tapi bisa menjadi lifestyle. Tahukah kalian betapa berbahayanya kalau tren seperti ini berubah menjadi lifestyle? Maka, semua orang akan mengabaikan kehidupan orang lain dan tidak memperdulikan norma yang ada di masyarakat. Maka benarlah akhirnya kapitalisme menyuburkan individualise di tengah-tengah kehidupan sosial.
Memang, seringkali masyarakat membuat kita serba salah. Mereka menilai berdasarkan apa yang mereka yakini benar, meskipun belum sebenarnya benar. Karena standar penilaian mereka adalah hawa nafsu. Hal ini bisa jadi menghambat manusia untuk mencapai aktualisasi diri mereka.
Tapi, masyarakat juga diyakini mampu sebagai ‘pawang norma/hukum masyarakat’ agar saling mengingatkan dalam kebenaran. Jadi, tetap harus menjadi pertimbangan dalam melakukan sebuah perbuatan. Apalagi jika diingatkan dalam kebenaran dalam standar yang benar dan membenarkan, yaitu Islam. Maka siapapun harus menerimanya, meskipun ia adalah pimpinan masyarakat tersebut.
Tren anti-social social club ini awalnya mungkin hanya permainan. Tapi lama-kelamaan kita tidak akan tahu bagaimana ini berkembang dan mengubah pola pikir remaja yang mengemban masa depan umat. Kalian (remaja) boleh saja terus berjalan menjadi diri sendiri dan tidak memperdulikan pandangan orang lain. Tapi tetaplah ketahui bahwa masyarakat telah hidup lebih lama dan mengalami banyak pengalaman kehidupan yang mungkin saja penuh dengan kebaikan dan hikmah. Tetap, kita harus belajar.
‘Menjadi diri sendiri tidak perlu dengan menyendiri’
Correct me if I’m wrong
To be continued

Komentar