Menyerah Sebelum Kalah


Seperti yang saya jabarkan sebelumnya, kita seringkali salah menghadapi masalah. Beberapa ornag meyakini perkataan “Hasil tidak akan mengkhianati usaha”. Tapi maaf saja, saya memilih untuk tidak mempercayai perkataan itu. Karena, saya sering dikhianati oleh hasil.
   Saya bekerja lebih keras, berusaha lebih gigih, namun mengapa saya mendapatkan hasil yang tidak sepadan? Karena itu saya lebih percaya dengan kata-kata “Jika tidak bisa menjadi yang terbaik, setidaknya lakukan yang terbaik.” Kata-kata itu semacam penghibur bagi saya.
   Saya yakin bahwa Allah lebih menilai usaha daripada hasil. Bukankah hak Allah adalah memberikan hasil, sementara manusia hanya bisa berusaha? Usahalah yang dinilai oleh Allah. Karena itulah area yang bisa kita utak-atik.
Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang beriman harus bertawakal.’” (QS. At Taubah: 51).
Juga firman-Nya, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al Hadid: 22-23)
Saya adalah orang yang perfeksionis. Segala sesuatu harus berjalan sebagaimana mestinya, kesalahan sedikit akan membuat saya stress. Toleransi stress saya sangat rendah, sampai-sampai saya mudah sekali sakit. Karena itu saya berusaha untuk berlapang dada meskipun sulit. Saya berusaha untuk mengubah persepsi saya dan belajar mengatur stress.
Saya yakin bahwa hasil tidak akan mengkhianati saya, tapi ternyata sebaliknya. Hasil yang seharusnya saya dapatkan malah tidak saya dapatkan. Saya lupa bahwa dunia ini kejam. Haha. Tapi, saya lupa, tidak semua yang kita anggap baik itu baik. Pemikiran ini membawa saya untuk lebih santai dan bijak dalam menghadapi masalah.
“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui,“ (QS. Al-Baqarah: 216).
Hasil yang tidak kita inginkan, berubah menjadi masalah. Padahal itu bisa jadi hanya anggapan kita saja. Tapi, anggapan bahwa hasil itu masalah, akan mengubah hasil tersebut menjadi masalah yang sebenarnya. Itulah masalahnya!
Hasil yang tidak diinginkan itu harus ditindak cepat, jika tidak maka ia akan berubah menjadi monster yang tidak kita harapkan. Pokoknya, jika ada masalah, selesaikan! Lakukan berbagai upaya agar jangan sampai hasil tersebut benar-benar menjadi masalah. Dirimulah yang menentukannya.
Jangan sampai kita pasrah akan kenyataan tersebut dan menyerah bahkan sebelum benar-benar kalah.
 “Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya,” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
Sesungguhnya besarnya pahala itu berbanding lurus dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridha, baginya ridha(Nya), namun siapa yang murka, maka baginya kemurkaan(Nya).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).


Komentar