Pilih Warnamu!


Saya mempunyai banyak barang berwarna ungu. Mulai dari yang dipakai, digunakan sampai yang dikenakan. Semuanya berwarna ungu, minimal punya unsur ungu. Mungkin orang-orang yang melihat akan berfikir bahwa saya menyukai warna ungu. Sebenarnya, tidak juga. Ini semua berkat seseorang yang gigih untuk menjadikan warna ungu sebagai warna populer sedunia, mungkin kalau bisa warna ungu menjadi warna kebangsaan negeri ini!
Cukup luar biasa memang, begitulah invasi warna ungu memeluk diri ini. Tidak hanya saya, adik-adik saya dan keluarga yang lain pun dicekoki oleh warna ungu. Rasa-rasanya dunia ini seperti menghadapi bahaya besar akan sebuah warna yang mendominasi dunia dan akan membuat manusia merasa dirinya menderita buta warna sebagian, yang terlihat hanya warna ungu.
Baiklah, ilustrasi di atas agak berlebihan. Abaikan saja. Tapi, saya menyatakan hal yang sebenarnya bahwa warna ungu sudah mempengaruhi keluarga saya, dan orang yang paling bertanggungjawab akan hal ini tak lain dan tak bukan adalah mama saya. Mama saya adalah orang yang menyukai warna ungu, entah siapa yang mempengaruhinya, tapi mama saya sangat suka warna ungu. Cukup sensitif.
Hal apa yang bisa ditarik dari penjelasan tadi?
Artinya, orangtua memiliki peran yang penting dalam memberikan warna pada anaknya. Seorang anak pada dasarnya adalah putih, yang memberikan warna pada mereka adalah orangtua, lingkungan dan diri mereka sendiri.
Apapun yang akan terjadi pada anak bisa diatur oleh orangtua itu sendiri. Ingin punya anak yang soleh, maka buatlah lingkungan yang mendukungnya. Namun, bukan hanya membuat lingkungan, tapi bergabunglah menjadi lingkungan itu sendiri. Karena anak tidak butuh nasehat saja, mereka juga butuh contoh. Bersama anak meraih syurga, kedengarannya lebih baik ketimbang hanya membiarkan anak tertatih meraih syurga.
Sering kita lihat seorang anak yang suka membohongi orang lain, apakah hanya karena orangtua yang suka memarahinya saja? Karena banyak orang yang bilang, anak yang suka membohong adalah anak yang sering dimarahi oleh orangtuanya. Kenyataannya, anak yang saya temui ketika itu, orangtuanya juga sering berbohong. Tingkat kepercayaan orang sekitar kepada keluarga tersebut sudah rendah. Mereka sudah memiliki label sendiri.
Apakah seorang anak yang minder terjadi akibat orang tua yang menghukum terlalu keras? Tidak juga. Bisa jadi ia adalah anak yang minder karena orangtuanya juga minder. Sejak kecil tidak diajarkan untuk memulai sesuatu yang baru, atau tidak menunjukkan eksistensi diri, tidak percaya diri, dan lain sebagainya.
Meskipun demikian, kepribadian setiap orang, baik akibat maupun sebab tidak serta merta bisa kita jadikan sesuatu yang pasti. Sebuah prediksi tidak pernah menjadi 100%, bisa jadi 99% atau di bawah itu. Tapi, satu hal yang kita ingat, setiap perbuatan kita bukan hanya akan kembali kepada kita, juga orang lain. Setiap perbuatan kita akan ditiru, termasuk anak-anak kita.
Kita seringkali kesal dengan orang-orang yang menurut kita tidak sesuai dengan norma yang kita yakini. Kita sebal dan kita sangat tidak suka. Tapi jarang dari kita membuat perubahan kecuali menggerutu. Menggerutu sana, menggerutu sini, sambil malas-malasan, tidak belajar, tidak bekerja, tidak beribadah, tidak membantu orang tua, tidak membaca, tidak berdiskusi, buang sampah sembarangan, merokok, tidak taat marka jalan, suka berbohong, curang, sombong, iri dengki, dan perilaku negatif lainnya.
Semua perbuatan kita dilihat, ditiru, jika diulang-ulang, menjadi pembiaran, kebiasaan, kebudayaan. Itu adalah alur dari sebuah perilaku. Mau buat kebudayaan yang positif dan bermanfaat, mulailah kebiasaan yang baik itu.
Anak adalah pembelajar yang cepat. Saya mengamati itu dengan baik, karena saya selama bertahun-tahun hidup dengan anak-anak, baik anak-anak betulan, atau anak-anak yang bukan anak-anak tapi merasa masih menjadi anak-anak (?). Mereka sangat cepat meniru dan tidak segan-segan untuk mengulang. Apalagi jika mereka mendapatkan sesuatu yang menguatkan dan tidak mendapat hukuman.
Begitulah seperti kisah mengenai warna ungu di atas. Kita bisa mengubah orang lain, terutama orang di sekitar kita jika kita mau. Dimulai dari diri sendiri.
Ubah diri kita menjadi seperti apa kita inginkan anak kita kelak.
Jadikan diri kita menjadi seperti apa generasi yang kita inginkan kelak.
Buat diri kita menjadi masa depan yang kita inginkan kelak.

Komentar