Day for the Imitators


Not mine. This picture is belong to Whitehole.com

Kasih sayang adalah hal yang paling penting di seluruh jagat raya ini. Menurut beberapa orang. Menurut yang lain, mungkin uang. Ehm, tapi itu tidak salah juga, sih. Semua orang pasti memiliki rasa kasih sayang atau cinta itu, minimaL mereka mencintai diri mereka sendiri. Kalau mereka tidak juga mencintai diri mereka sendiri, ataupun mengaku tidak mencintai apapun, sebenarnya mereka juga mencintai sesuatu. Yaitu mencintai sesuatu yang tidak ada.

Mengapa saya membahas kasih sayang? Apa karena sekarang februari? Apa hubungannya? Sebenarnya apa yang terjadi pada bulan februari? Banyak sekali. Well, ada beberapa “hari penting” menurut kebanyakan orang pada bulan februari. Tahun raya cina, hari lahan basah, hari menutup aurat nasional, hari PETA, hari kasih sayang sedunia, dan masih banyak lagi. Mungkin termasuk hari ulang tahun kalian!

Tapi, februari lebih diidentikkan dengan hari kasih sayang sedunia atau lebih sering disebut sebagai hari valentine. Kenapa? Kenapa harus februari? Kenapa bukan bulan desember atau januari? Kenapa bukan bulan agustus atau juni? Saya juga tidak begitu mengerti, tapi beberapa desas-desus mengatakan banyak sekali sejarah mengenai penempatan hari tersebut. Di antaranya yang  paling terkenal, setidaknya ada tiga sejarah mengenai hal itu, yaitu mengenai kisah dewa Lupercalia, St. Valentine dan puisi cinta yang ditulis oleh Duke of Orlands kepada istrinya. Karena sudah terlalu terkenal, kalian bisa cari sendiri penjelasan dari tiga sejarah tersebut (lebih tepatnya, saya malas menulis ulang, terlalu banyak. Hehe).

Yang paling penting, tidak semua dari kisah tersebut berasal dari Islam, bahkan beberapa orang pendeta nasrani pun tidak menyetujui perayaan valentine tersebut dan mengatakan bahwa perayaan tersebut berasal dari budaya pagan. Lagipula, siapa yang memulai dan merayakan perayaan itu? Tanya siapa! Tidak ada yang tahu, dan tidak ada yang mau mengaku. Beberapa orang menggunakan kisah lupercalia sebagai awal mulanya, tapi untuk menyesuaikan kisahnya agar lebih “religius” (sesuai dengan agama mayoritas di Barat), maka mereka menggunakan kisah St. Valentine. Tapi, kalau mau menelusurinya, pada abad 18-17 Masehi, untuk merayakan valentine, orang-orang mulai bertukar kado. Sementara mulai bertukar kartu ucapan pada abad ke-19. Dan pada abad ke-20, orang-orang mulai bertukar hadiah dengan bunga dan coklat. Hingga akhirnya semua orang juga sudah masa bodoh pada sejarah yang dibuat-buat dengan teori cocoklogi.

Kenapa harus dengan bertukar kado, kartu ucapan, bunga dan coklat? Pertanyaannya kan seperti itu! Siapa yang diuntungkan dari itu semua? Tentu saja para perusahaan yang menghasilkan semua barang produksi tersebut. Dilansir oleh www.RT.com di sebuah acara Brainwash Update, mereka menampilkan data bahwa keuntungan yang diraup perusahaan pada bulan februari tahun 2013 adalah USD 18,6 miliar! Harga yang fantastis untuk pembelian permen (USD 1,6 miliar), bunga (USD 1,9 miliar), dan berlian, emas dan perak (USD 4,4 miliar).  Apakah semua hadiah itu akan melanggengkan cinta? Apakah itu bentuk dari kasih sayang sejati? Padahal, sejak tahun 2005-2010, perceraian di Indonesia meningkat hingga 100%. Perceraian membuat orang-orang tidak berani membuat komitmen untuk menikah dan terbukalah pintu zina. Hiii.. mengerikan sekali.

Seseorang bertanya kepada saya, bukankah perusahaan meraup untung yang besar pada bulan februari, lalu apa salahnya? Ketika mendapat pertanyaan ini, saya bingung menjawabnya. Bingung karena sebenarnya yang salah itu orangnya atau pertanyaannya, hehe. Tentu saja salah! Artinya, perusahaan menggunakan lagu Rossa alias “Atas Nama Cinta” sebagai strategi pemasaran! Sama halnya dengan perayaan-perayaan lainnya. Semisal tahun baru, natal, hari ibu, hari kartini, dan lain-lain. Bahkan bisa saja hari raya idul fitri! Well, kalau kalian perhatikan, pada minggu terakhir bulan Ramadhan, masjid sudah mulai sepi, para jama’ah pindah ke pusat perbelanjaan. Mulai tawaf di tempat-tempat diskon.

Akhirnya, hilanglah makna dari tujuan perayaan hari-hari tersebut, atau memang para perusahaan sengaja untuk membelokkan tujuan perayaan tersebut? Bisa jadi. Itulah mengapa valentine (sebagai salah satu hari yang dilecehkan perayaannya) sangat dikecam keras oleh banyak pihak. Selain karena degradasi tujuan perayaan, juga karena perayaannya yang sangat menghancurkan hidup anak muda. Well, you-know-what lah ya apa yang dilakukan oleh anak muda yang do-not-know-how-to-do ketika jatuh cinta. Mereka pikir cinta haruslah memiliki pada saat itu juga. Mereka pikir ketika cinta, sama seperti lapar, harus langsung makan. Apapun yang terjadi, terserah bagaimana caranya, dengan cara halal atau haram, atau makanan yang haram atau yang halal, yang penting kenyang. Mereka beranggapan jika tidak pacaran, mereka akan mati dan dunia akan kiamat.

Menurut Lauren Martin, seorang penulis di Elitedaily.com, “Orang-orang masih terpaku dengan kisah bahwa para pasangan harus bahagia dan merayakan cinta mereka, sementara orang yang jomblo harus malu. Hari valentine itu hanya untuk para pengekor, bagi mereka yang tidak tahu bagaimana cara menyambut cinta.” Sementara beberapa orang sok merayakan valentine dan membela eksistensi perayaan tersebut, di luar sana sudah banyak sekali anak muda yang terjebak dengan cinta semu dan berakhir mengenaskan. Akhirnya mulai merutuk diri sendiri. Mengapa sebelumnya mau merayakan valentine? Mengapa mengatakan bahwa bisa menahan diri untuk tidak berlebihan? Mereka saja tidak bisa menahan amarah, sok pula mengatakan bisa menahan hawa nafsu. Hipokrit sekali.

Kalian tahu apa saja akibat dari main-main dengan cinta semu? Minimal patah hati, maksimal mati karena depresi!

Ehem. Saya mulai terbawa suasana. Jadi, ada beberapa poin mengapa valentine ini sangat dilarang untuk dirayakan. Pertama, karena bukan dari islam. Asal-usulnya saja tidak jelas, mau pula merayakannya. Kedua, karena penyimpangan tujuan dari perayaan hari kasih sayang. Ketiga, karena merayakannya tidak mendapatkan faedah apapun, bahkan bisa saja malah mendapat dosa. Keempat, karena masa depan pemuda lebih berharga dari apapun. Kita harus menjaganya, sebagai generasi tua, eh muda!

Wallahu a’lam bishawab

CMIIW

 

Nb : Demikian beberapa review mengenai training “Cinta Ala V-day” di Tanjung Selor oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia daerah Bulungan. Review ini bersifat “Quick Review” (?), hanya mereview dibagian awal, masih ada lanjutannya. ^^

Komentar