Tak Terasa


Waktu adalah sesuatu yang sama sekali tidak jelas satuannya. Ia akan terasa lambat jika kita menunggunya dan terasa sangat cepat jika kita mengejarnya. Waktu yang berjalan bisa menjadi tidak terasa ketika kita mengenangnya. Itulah yang terjadi pada saya saat ini, setelah sebulan berada di Bulungan dan akhirnya kembali ke Jogja, saya baru menyadari bahwa betapa waktu sebulan itu sangat sebentar. Padahal, ketika saya berada disana, saya merasakan waktu berjalan lambat sekali, tapi begitu saya sudah berada di dalam pesawat, menutupkan mata dan membukanya kembali setelah lima belas menit, saya baru menyadari bahwa waktu lima belas menit tadi mampu membuat waktu sebulan di Bulungan terasa sangat sebentar.
Bagaikan mimpi. Saya merasa sebulan di Bulungan hanyalah mimpi di siang bolong. Sebentar saja. Rasa-rasanya sebanding dengan waktu yang saya habiskan untuk tidur di pesawat. Bagai mimpi yang sekelebat. Tak terasa.
Sama juga ketika saya menyadari keberadaan saya di dunia ini, “Ah, tidak terasa saya sudah berumur delapan belas tahun.” Saya sama sekali tidak menyangka bahwa saya akan hidup selama itu. Saya pikir saya tidak akan bisa bertahan untuk umur ini. Ketika kecil, saya sangat ingin untuk cepat dewasa, tapi ketika sudah begini, saya sangat ingin kembali menjadi anak kecil. Segala hal yang dulu saya harapkan agar dapat saya lakukan saat dewasa ada yang terwujud dan ada yang tidak. Mungkin ada yang terlupakan.
Tapi begitulah waktu. Tidak pernah ada yang menyangka bahwa waktu akan begitu cepat membawamu berjalan dalam kehidupan ini. Saya pikir, bahkan ketika saya mengenang masa delapan belas tahun saya hidup saja, waktu terasa sangat cepat, bagaimana jika saya mengenang masa tua saya kelak? Mungkin, saya akan berpikir, “Waktu berjalan dengan sangat cepat. Tidak terasa sama sekali. Sekarang saya sudah tua, kapan saya akan mati?”
Ketika tua, kita baru menyadari bahwa hidup hanya sebentar. Ketika berada di sakratul maut, kita baru menyadari banyaknya kesalahan yang kita perbuat dan banyaknya kebaikan yang kita lalaikan. Semua karena kita melupakan makna dari sebuah waktu. Cepat atau lambatnya waktu sebenarnya sama sekali tidak mempengaruhi hidup kita, hanya kita saja yang seharusnya bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Waktu memang jebakan yang ampuh bagi manusia, karena itu Allah sudah memperingati manusia dalam  Al Qur’an :
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (TQS. Al Ashr: 1-3)
Tapi, sudahlah, penyesalan memang selalu di akhir. Lebih baik segera memperbaiki diri sebelum terlambat. Bersyukurlah jika kita masih bisa menyesal di dunia, sebelum akhirnya kita menyesal di akhirat. Dimana penyesalan tidak lagi berguna. Waktu memang berjalan sangat cepat, hingga akhirnya manusia tidak akan sadar ternyata mereka sudah dikumpulkan di padang mahsyar.
Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui". (TQS. Al Mukminun: 112-114)

Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (TQS. An Naaziat: 46)
 
Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?" Katakanlah: "Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu." Maka mereka akan bertanya: "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?" Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama." Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: "Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat", yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (TQS.  Al Isra: 49 – 52)
Waktu di dunia sangat sebentar sekali, maka apa penyebab kita hingga menggadaikan akhirat demi dunia? Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang abadi. Jadilah kita di dunia ini benar-benar hanya sebagai orang yang lewat saja. Tidak perlu berlama-lama, karena memang kita tidak pernah diperkenankan untuk berlama-lama di dunia.

Angan-angan manusia yang panjang hanya akan menjadi angan-angan. Tidak akan membuat kehidupannya sepanjang angan-angannya. Jangan hanya tertipu dengan keindahan dunia, rencanakan kehidupan akhirat mulai sekarang.

Komentar