Tulang Rusuk



Perempuan, wanita, cewek dan gadis adalah objek yang tidak akan pernah membuat bosan bagi siapapun untuk membicarakannya. Dimana-mana orang sangat senang membicarakannya, entah karena apa. Sebagai seorang yang termasuk ke dalam jenis manusia itu, saya pun merasa sedikit tersanjung. Sedikit loh, karena orang-orang yang membicarakan tentangnya tidak mesti selalu baik, tak banyak juga keburukannya.

Untuk menambah bahan pembicaraan dengan tema itu, saya pun memulai tulisan ini dengan perempuan yang mulia.

Perempuan adalah jenis manusia yang diciptakan setelah laki-laki. Katanya berasal dari tulang rusuk laki-laki, jadi karena berasal dari tulang rusuk, kita tidak bisa bersikap keras padanya, khawatir ia akan patah. Tapi, tidak serta merta kita membiarkannya, karena ia akan selalu bengkok. Sulit ya? Seperti itulah perempuan.

Perempuan adalah jenis manusia yang selalu dimaklumi setiap tingkah lakunya oleh sebagian orang. Jika ia menangis, marah, bahagia, maka ia pantas melakukannya, karena ia perempuan. Sementara laki-laki? Ia tidak boleh menangis, karena akan dikatakan cengeng. Ia tidak boleh selalu marah, karena akan dikatakan keras. Dia juga tidak boleh selalu bahagia, karena akan dikatakan tidak peka.

Allah Yang Maha Pengasih sudah menciptakan manusia sedemikian rupa, begitu pula perempuan. Mereka diciptakan untuk memiliki rahim yang penuh kasih sayang. Rahim itu bertugas untuk melindungi bayi yang nantinya akan menjadi manusia yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Sehingga, sudah menjadi kodratnya seorang perempuan itu berhati lembut, penuh kasih sayang, tutur katanya sopan, bersifat tawadhu dan malu, tegar hatinya dalam keistiqomahan, dan sebagainya. Tapi, apakah itu semua dimiliki perempuan?

Sayangnya tidak.

Kita bisa lihat perempuan saat ini sudah kehilangan nilai rahim dalam dirinya. Saya, sebagai mahasiswa psikologi, telah mendapatkan tugas untuk mengunjungi salah satu lapas di Indonesia, beberapa pilihannya adalah lapas perempuan. Kalau begitu, saya menyimpulkan bahwa perempuan bahkan memiliki lapas mereka sendiri. Apa saja yang menyebabkan mereka masuk ke dalam hotel prodio itu? Ada yang membunuh, mencuri, menipu, wanita tuna susila, menganiaya, percobaan pembunuhan, pengedar narkoba, dan lain-lain. Seperti inikah perempuan itu?

Tentu saja tidak!

Apakah perempuan-perempuan ini bersalah? Tidak. Jangan salahkan perempuan. Karena perempuan ingin dimengerti, mari kita pahami mengapa mereka menjadi orang yang berbeda. Untuk beberapa saat saja, setelah itu bolehlah kita salahkan mereka.

Dunia saat ini kehilangan dari arti perempuan, karena perempuan itu pun lupa dengan identitasnya sendiri. Siapa mereka dan untuk apa mereka hidup.

Perempuan kehilangan perisainya.

Jika kita tanyakan kepada mereka, apakah mereka mau menjadi jahat? Jawabannya pasti tidak. Tidak ada satupun dari mereka yang mau menjadi jahat. Mereka akan menjawab, “Ini semua karena takdir, ini semua karena keadaan, kami dipaksa untuk melakukan ini agar kami tetap hidup.” Dan berbagai alasan lainnya. Klise memang, tapi begitulah yang terjadi.

Tidak ada satupun manusia yang ingin menjadi jahat. Jika bisa memilih, mereka selalu ingin menjadi baik. Tapi, bagi mereka, mereka tidak punya pilihan. Menjadi baik bukanlah pilihan. Hidup atau mati, keduanya adalah pilihan. Dan mereka memilih untuk hidup, bagaimana pun caranya, meskipun itu harus menjual harga diri mereka kepada setan.

Mereka kehilangan arah, kehilangan tujuan, karena mereka kehilangan pelindung. Pelindung yang seharusnya bisa melindungi, mengayomi, dan menghormati mereka. Bertahun-tahun yang lalu, perempuan memiliki kehidupan dan ketentraman. Mereka dilindungi oleh orang-orang yang taat kepada Tuhannya. Mereka tidak harus untuk bekerja, tidak harus menjadi jahat.

Sistem kapitalisme memaksa mereka untuk keluar dari rumah mereka. Meninggalkan keluarga, meninggalkan kehormatan, dan meninggalkan harga dirinya. Melepaskan penutup auratnya, melepaskan jati dirinya. Meninggalkan dan melepaskan segalanya hanya demi dunia. Hanya demi harga diri yang mereka agungkan. Harga diri yang sebenarnya telah mereka tinggalkan.

Dunia memaksa perempuan, yang dikenal sebagai tulang rusuk, menjadi tulang punggung. Perempuan-perempuan itu mau saja, suka tidak suka. Apapun yang terjadi. Karena bagi mereka dunia ini tidak adil, mereka menuntut untuk tidak sekedar menjadi tulang punggung, tapi menjadi tulang tengkorak yang kedudukannya lebih tinggi dari sekedar tulang punggung. Kesetaraan gender yang mereka agungkan menjadi kehilangan makna. Apa yang sebenarnya mereka inginkan? Kehormatan atau apa yang sebenarnya mereka cari? Pada akhirnya menjadi tulang kering yang membuatnya menjadi lebih rendah dari yang seharusnya dia berada.

Perempuan itu sangat membingungkan. Percayalah pada saya. Karena saya sendiri bingung. Apa yang mereka inginkan seringkali tidak mereka butuhkan dan apa yang mereka butuhkan, seringkali tidak mereka ketahui. Jika mereka menginginkan kesetaraan, silahkan hapuskan lapas perempuan, biarkan mereka bercampur dengan laki-laki. Hapuskan komisi khusus perempuan. Selesai.

Apakah itu yang mereka inginkan? Tidak! Aneh, kan? Memang aneh. Perempuan yang normal saja kadang tidak jelas apa yang mereka inginkan, apalagi perempuan yang menuntut ketidakjelasan seperti ini. Ya sudahlah. Puaskan saja keinginan mereka untuk menghancurkan diri mereka sendiri. Biarkan mereka mati perlahan-lahan membawa semua ego mereka.
Karenanya, tidak pantas bagi seorang perempuan, pada khususnya, untuk menjadikan perasaan sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginan mereka. Mereka saja bingung cara membedakan keinginan dan kebutuhan, bagaimana mungkin mereka bisa untuk menjadi perempuan yang memang benar-benar mulia?

Kehilangan identitas dari perempuan itu sejatinya karena kebingungan atas keinginan dan kebutuhan tadi. Kebingungan ini dimulai ketika mereka tidak mengetahui darimana mereka berasal dan tujuan hidupnya. Kebingungan yang tak pernah berakhir dan tak pernah berujung ini akan selalu menghantui kehidupan perempuan.

Hilangnya identitas perempuan tidak hanya merusak perempuan itu sendiri. Jika kita ketahui, perempuan mampu menghancurkan sebuah kota, negeri bahkan peradaban! Jika ingin menghancurkan suatu negeri, hancurkanlah perempuannya. Hilangkan jati diri mereka. Jauhkan mereka dari anak-anak, dan jadikanlah mereka barang yang bisa diperjualbelikan.

Hanya Islam yang bisa menyelamatkan perempuan.

Islamlah satu-satunya agama yang bisa menyelamatkan perempuan dengan seperangkat aturan yang begitu canggih. Islam menjunjung tinggi perempuan dengan menjadikan para ibu memiliki derajat tiga kali lebih tinggi dari ayah. Melindungi kecantikan perempuan dengan balutan jilbab. Mencerdaskan perempuan dengan menyekolahkan mereka di sekolah-sekolah terbaik. Menyejahterakan perempuan dengan tunjangan yang tak henti datang ke rumah mereka. Melindungi perempuan dengan hukum yang begitu adilnya. Dan berbagai fasilitas lain yang mengembalikan jati diri perempuan.

Tidakkah satu dari para perempuan itu merindukan hal seperti ini? Mereka tidak perlu lagi menuntut hak mereka, atau kebahagiaan mereka. Karena kebahagiaan mereka sudah lengkap dengan iman yang ada di dalam dada mereka. Mereka tidak perlu menjadi perempuan yang gila mencari kebahagiaan karena sesungguhnya kebahagian itu ada di Islam.


Kembalikan jati diri perempuan dengan mengembalikan hukum Islam.

Ikutilah agenda besar mahasiswi islam se-Indonesia :
Kongres Mahasiswi Islam untuk Peradaban
 Terselenggara di kurang lebih 26 kota di Indonesia serentak pada tanggal 24-25 Oktober 2015.
Hubungi Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia di sekitar Anda... :-) 

Komentar