Apa kabarnya hari ini? Semoga kalian
dilindungi oleh Allah SWT. Kali ini, kembali dengan tulisan yang telat, kita
akan membahas tentang amal atau perbuatan yang baik dan benar sesuai dengan
tuntunan Al Qur’an dan Sunnah yang sering disebut dengan ihsanul amal. Untuk
memulainya, mari kita simak kisah di bawah ini.
Tersebutlah pada suatu negeri, dikuasai oleh raja yang dzalim dan aparat yang sama dzalimnya. Mereka adalah penguasa yang korup dan suka sekali menarik pajak—yang tentu saja tinggi—dari rakyat. Ditengah kegundahan itu, muncullah pahlawan kesiangan bernama Robin Hood. Apa hebatnya Robin Hood ini? Robin Hood ini adalah pahlawan rakyat yang mengambil atau lebih tepatnya mencuri harta dari para penguasa tadi lalu dikembalikan kepada rakyat. Selesai.
Kok selesai? Karena kisah selanjutnya
tidak terlalu penting. Sekarang kita membahas tentang apa yang dilakukan oleh
Robin Hood. Apakah yang ia lakukan tepat? Sepertinya mengambil kembali harta
yang seharusnya dimiliki oleh rakyat adalah hal yang baik. Tapi benarkah?
Bukankah yang ia lakukan adalah mencuri? Mencuri untuk sedekah?
Silahkan dipikirkan dulu, kita berlanjut
kepada kisah yang lain. Loh, ada lagi? Iya, dong!
Ada seorang bapak yang sedang berbincang-bincang dengan seorang kepala sekolah. Ternyata, bapak ini sedang memberikan hadiah kepada kepala sekolah itu. Mengapa ia memberikan hadiah kepada kepala sekolah? Karena, anak si bapak itu tidak naik kelas. Nah, harapannya, dengan pemberian hadiah itu, si anak bisa naik kelas. Selesai.
Bagaimana dengan kisah kedua? Tampaknya
masih ruwet ya? Bukankah ia adalah bapak yang baik dengan memberikan hadiah
kepada kepala sekolah? Memberikan hadiah itu sunnah, kan? Tapi benarkah?
Bukankah yang bapak itu lakukan adalah menyuap atau bahasa kerennya,
gratifikasi?
.
.
Jadi, ternyata dalam beramal pun ada
tuntunannya, loh! Jangan sampai salah! Perbuatan itu terdiri dari niat dan
caranya, mari kita klasifikasikan satu per satu.
1. Niat baik + cara salah : salah!
Niat aja gak cukup. Butuh cara yang benar pula! Bukankah kita semua
ingin amalan kita diterima? Karena itu, maka kita harus mengikuti apa yang
diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Kita harus berpedoman dengan Al Qur’an
dan Sunnah. Jangan sampai cara yang kita lakukan itu malah melenceng. Kan bisa
gawat. Misalnya, bersedekah dengan uang riba. Padahal bersedekah dengan uang
riba itu haram, loh! Ngeri, kan! Niatnya supaya dapat pahala, eh malah dapat
dosa.
Sama seperti Robin Hood tadi, dia punya
niat yang baik untuk menolong rakyat miskin dan menghukum penguasa korup, tapi
cara yang ia gunakan itu salah. Mencuri bukanlah solusi yang baik. Diperlakukan
dzalim bukan berarti pembenaran bagi kita untuk berlaku dzalim, kan? Karena
kita bukan orang yang dzalim. (lebih lanjut bisa baca di tulisan Tidak SegalaSesuatunya Terbalaskan #promosi)
2. Niat salah + cara benar : salah!
Niat itu meskipun tersembunyi, tetapi
niat itu penting. Seseorang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Artinya, jika
kita menginginkan surga, maka kita akan dapat surga, dan sebaliknya. Jangan
sampai kita malah salah niat. Misalnya, bersedekah supaya dibilang dermawan,
belajar supaya dibilang rajin, dan berjihad supaya dibilang pahlawan. Mungkin
kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan tadi, tapi kita tidak akan mendapat
pahala dan ridho Allah SWT. Sayang banget, kan!
Sama seperti kisah si bapak yang memberi
hadiah kepada kepala sekolah agar anaknya bisa naik kelas. Caranya benar sih
dengan memberikan hadiah, lha wong memberikan hadiah itu adalah sunnah, tapi
niatnya untuk menyuap, tetap saja salah. Bagaimana pun menyuap itu juga haram.
Lah ini malah kena dosa lagi. Duuh…
3. Niat salah + cara salah
Wah, kalau ini mah sudah gak perlu
dibahas lagi. Sudah banyak contohnya dan tentu saja ini tidak bisa dicontoh.
Hehe. Maksudnya, kita sering kan melihat kasus seperti ini? Ambillah satu
contoh saja, misalnya pacaran untuk memenuhi nafsunya. Pacaran itu sudah salah
loh, ditambah lagi dengan niat untuk memuaskan nafsunya saja. Parah deh! Gak
boleh dicontoh ya!
Jadi, perbuatan yang baik dan benar itu
adalah :
Niat baik + cara benar
Artinya, niat kita harus baik dulu, harus
ikhlas karena Allah dan caranya pun harus benar sesuai dengan Al Qur’an dan
Sunnah. Kalau mau membahas niat, artinya
niat yang dimaksud adalah mengharapkan pahala, ridho Allah, SurgaNya,
ampunanNya, dan karena takut akan murkaNya dan nerakaNya. Itu lumrah saja,
malah diwajibkan. Silahkan dibaca tulisan saya tentang Bagaimana KitaSeharusnya Beribadah Kepada Allah SWT (promosi lagi, hehe).
Cara pun harus tetap benar, sesuai dengan
Al Qur’an dan Sunnah, jangan sampai melenceng, bikin teori baru, bisa-bisa jadi
bid’ah, bisa-bisa tidak diterima, tertolak, atau malah dihukumi berdosa. Wah,
kasihan sekali. Padahal niatnya udah baik, usahanya udah sekuat tenaga, malah
berdosa. Sedih nian hati ini.
Meskipun hanya Allah yang mengetahui
apakah amalan kita akan diterima atau tidak, tertolak atau tidak, dan lain
sebagainya, tetap saja kita harus mengikuti apa yang Allah perintahkan dan
menjauhi apa yang Allah larang. Bukankah yang memberi imbalan adalah Allah SWT?
Makanya, ikuti apa yang Allah perintahkan! Kurang lebih sama seperti kita
dengan orang tua kita, kalau mau dapat hadiah, ya kita mesti nurut sama apa
yang dikatakan oleh orang tua, dong. Iya, kan?
Kita hanya bisa beribadah dengan segala
kemampuan kita yang optimal, semampu kita. Biarlah Allah yang akan menghisab
segala perbuatan kita kelak. Jangan lupa, setelah kita melakukan amalan, kita
juga harus berdoa agar diterima. Usaha itu tidak mengkhianati (kayak lagu
JKT48?) doa, eh maksudnya usaha itu selalu bersama dengan doa dan tawakal.
Begitu juga sebaliknya.
Yak, demikian pembahasan malam ini.
Ketemu lagi di pembahasan selanjutnya. J
n.b:
Kenapa kita bahas ini? Kenapa tidak membahas pertanyaan seperti dua minggu yang
lalu? Karena tidak ada yang bertanya untuk minggu ini selain menanyakan
tips-tips rahasia. Hehe. Makanya tidak saya bahas dan tidak dipublikasikan.
Mohon atas kemaklumannya *?*.
Komentar
Posting Komentar