Muslim Minimalis


Malam ini tumben sekali tepat waktu, kan? Ya, berhubung mulai minggu depan sudah diserang oleh tugas kuliah, akhirnya saya memutuskan untuk menulis lebih cepat. Kali ini kita akan membahas tentang muslim, tentang diri kita. Kira-kira, pernahkah teman-teman mendengar kata-kata seperti ini :
“Aku gak mau ngaji, ah. Mau jadi muslim biasa aja.”
“Kamu tuh gak usah pake kerudung gede deh, biasa aja.”
“Gak usah bawa-bawa agama, lah! Gak usah fanatik gitu.”  
Pernah? Kalau pernah, sama dong!
Kata-kata seperti ini seringkali dilontarkan oleh teman-teman kita dan orang lain yang “kegerahan” sama kita, padahal kitanya malah biasa aja gitu. Mengapa hal ini terjadi? Tentu karena kurangnya pemahaman oleh mereka tentang apa itu islam dan muslim, apa yang dimaksud biasa, luar biasa atau yang tidak biasa. Ketimbang ikutan gak tau, mending kita bahas, yuk!
Islam adalah agama yang sempurna, tentu saja semua muslim wajib untuk mengetahuinya. Disebut sempurna karena memiliki ajaran yang sempurna yang mengatur seluruh kehidupan manusia tanpa terkecuali. Sekecil apapun dan sebesar apapun. Agama yang menjadi agama penutup dan agama penyempurna. Agama yang membawa kedamaian bagi siapa saja dan apa saja.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmatKu kepadamu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agamamu. (TQS. Al Maidah : 3)
Siapa itu muslim? Yaitu orang-orang yang mengakui adanya Allah dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang ia sembah, dan mempercayai bahwa Rasulullah adalah nabi dan rasul terakhir yang membawa risalah Allah. Selain itu, seorang muslim juga wajib untuk tunduk, patuh dan taat dengan perintah Allah dan RasulNya, serta menjauhkan diri dari semua laranganNya. Lebih jauh lagi, identitas muslim itu berarti ia bersedia secara sukarela untuk diatur oleh hukum-hukum Allah melalui RasulNya.
(Dan) Tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan sesuatu ketetapan (hukum) akan ada pilihan (hukum lain) tentang urusan mereka. (TQS. Al Ahzab : 36)
Jadi, tentu menjadi sebuah hal yang aneh jika ada seorang yang muslim namun masih menanyakan kewajiban menaati hukum Allah. Aneh sekali jika ia masih memilah milih hukum yang ia sukai. Padahal, memilah milih hukum itu tidak boleh sama sekali.
Apakah kamu beriman kepada sebagian dari Kitab (Allah) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan dari orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang amat berat. (TQS. Al Baqarah : 85)
Artinya, menjadi hal yang wajar bahkan biasa jika seorang muslim menunjukkan identitas kemusliman atau keislamannya. Ia pasti akan mengaji islam, karena menuntut ilmu itu wajib. Ia pasti akan menutup aurat sesuai dengan syariat, karena memang wajib. Ia pasti tidak pacaran, karena aktivitas pacaran itu haram. Ia pasti tidak akan ragu-ragu dalam melaksanakan syariat Allah karena memang itulah seharusnya.
Ketika orang lain mengatakan, “Jadilah muslim yang biasa-biasa saja” maka, jadilah muslim yang biasa-biasa saja. Yang biasa taat dan yang biasa takut kepada Allah. Simpel, kan? Jika yang mereka maksud biasa adalah yang tidak ngaji, jarang solat, tidak baca Qur’an, jarang ke masjid, berakhlak buruk, tidak menutup aurat, pacaran, masih menggunakan riba, dan lain-lain, sebenarnya itu bukanlah “muslim biasa”, tapi muslim minimalis. Artinya, muslim yang hanya mematuhi aturan Allah yang ia sukai, dan meninggalkan yang ia sukai.
Persis seperti rumah minimalis yang terkadang kecil dan asal bisa ditempati. Memang akhir-akhir ini, rumah minimalis itu menjadi tren, mungkin muslim minimalis juga menjadi tren semenjak para muslim sudah terlanjur lupa apa yang dimaksud muslim beserta hak maupun kewajibannya. Lupa bahwa muslim yang biasa itu adalah muslim yang memang taat kepada Allah, gak neko-neko. Mengambil bagian di akhirat, tanpa lupa dengan yang di dunia. Menjadikan akhirat di hati dan dunia di genggaman tangannya. Sementara muslim minimalis mengambil bagian di dunia dan lupa bagian di akhirat, kalau pun diambil hanya sedikit. Menjadikan akhirat di tangan dan dunia di hatinya.
Jadi, teman-teman, jangan minder atau sedih, atau resah dan gelisah, kalau disindir orang sebagai muslim yang ekstrim atau militan karena mengikuti syariat Allah. Karena sebenarnya, kalian muslim biasa yang sedang menuju tahap luar biasa. Yah, orang yang luar biasa itu memang sedikit, gak perlu kuatir, deh!

Biasa, tidak biasa, luar biasa, adalah sifat yang relatif sesuai dengan pandangan manusia, bisa berubah-ubah, makanya woles aja, gak usah termakan dengan omongan yang gak penting kayak gitu. Mending memperbaiki diri dengan terus taat kepada Allah SWT. Karena memang seperti itulah biasanya seorang muslim.

Komentar