Menjadi anak pertama memiliki keuntungan
dan kerugian tersendiri. Meskipun saya akui, saya bingung membedakan mana yang
untung dan rugi dari menjadi anak pertama. Hehe… terlebih lagi menjadi anak
pertama di antara banyak adik kandung dan adik sepupu. Dapat disimpulkan bahwa
kehidupan saya penuh dengan mengurus bayi dan anak kecil. Terlebih karena saya
tinggal di rumah induk semang ibu saya. Hampir tiap tahun saya dihampiri oleh
bayi yang harus diurus. Belum tuntas 2 tahun (waktu menyapih bagi ibu dan waktu
menjaga bagi kakak), datang pula bayi baru. Melelahkan. Membuat saya, yang kala
itu masih labil, menjadi anak pemarahan dan penuh tekanan batin.
Tapi, setelah lambat laun tumbuh menjadi
manusia (karena dulunya bukan manusia, ups), saya mulai menyadari bahwa menjadi
kakak itu adalah hal yang paling menyenangkan. Meskipun ketika awal tumbuh
kembang saya hingga 4 tahun, saya tidak mempunyai adik atau sepupu sebaya
(perempuan) membuat saya tidak punya teman dan hidup persis seperti Naruto
(abaikan bagian terakhir ini). Tapi, menjadi seorang kakak itu adalah hal yang
membuatmu terharu dan merasa bernostalgia setiap kali pulang kampung dan
melihat pertumbuhan adik-adikmu.
Nah, di momen lebaran ini, saya merasakan
hal itu ketika pulang ke rumah, dimana saya bertemu dengan merekal. Terharu
adalah ketika mereka akhirnya mempunyai teman. Hiks. Saya tidak percaya
ternyata mereka telah dewasa dan bisa mempunyai teman. Saya cukup khawatir di
awal bagaimana mereka nanti menjalani kehidupan di sekolah. Apakah mereka akan
punya teman? Apakah mereka akan menjadi penyendiri? Atau menjadi korban
bullying? Di otak saya penuh dengan kekhawatiran.
Tapi, melihat mereka yang pergi, belajar,
mengaji bersama teman, semua hal itu membuat saya bahagia. Ah, mereka sudah
besar. Padahal dulu hanya saya satu-satunya teman interaksi mereka. Jadi,
rasanya agak… hiks… begitulah.
Salah satu adik saya bahkan pernah
mengalami pembullyian di sekolah. Saya pikir, dia tidak akan mempunyai teman
yang baik. Tapi, ternyata dia malah mempunyai banyak teman yang ada untuk
melindunginya. Begitu juga dengan adik saya yang lain. Salah satu yang membuat
saya khawatir juga adalah adik terakhir saya. Dia memiliki sifat seperti Sasuke
versi perempuan, gayanya keep-calm-and-stay-cool sejati!
Saya pikir ia akan sulit beradaptasi
dengan lingkungan baru, ternyata kemampuan bersosialisasinya bahkan lebih baik
daripada saya. Baru-baru ini dia sakit, dan ternyata 2 orang temannya di TKIT
datang menjenguknya di rumah. Hiks. Padahal sejak SD sampai SMA, saya tidak
pernah dijenguk teman ketika sakit. Miris banget. Yah, selain karena punya
teman sedikit, dan tidak pernah sakit parah, saya juga bukan tipe orang yang
senang dijenguk.
Saya selalu berusaha menasehati (baca :
mengomel) adik-adik saya dalam memilih teman. Kita memang boleh berteman dengan
siapa saja, tapi siapa saja tidak bisa serta merta menjadi teman kita. Bingung,
kan? Yah, karena teman itu adalah orang yang kurang lebih akan menjadi orang
yang menentukan perjalanan hidupmu kelak. Bahkan sering sekali kita mendengar
prakata teman seorang pengrajin besi dan pembuat parfum. Jika kita berteman
dengan pengrajin besi, niscaya kita akan terkena percikan api, namun jika kita
berteman dengan pembuat parfum, niscaya kita akan terkena percikan wanginya.
Jadi, bertemanlah dengan orang yang banyak uang, biar kita terkena percikan
uangnya. Hehe…
Pokoknya, kurang lebih seperti itu. Opick
juga, dalam lagunya berjudul Obat Hati, menasehati kita bahwa jika ingin
mengobati hati salah satunya adalah bergaul dengan orang-orang saleh. Mengapa
dengan orang-orang saleh? Karena, seperti yang ada di Al Qur’an surah Al Ashr,
ayat 1-3 yang berarti:
Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Niscaya, kehidupan kita akan dipenuhi
dengan hikmah. Berhati-hati dalam berteman juga diperingatkan dalam Al Qur’an.
Jangan sampai kita salah memilih pergaulan, salah pilih teman. Ini lebih
berbahaya, kurang lebih jika salah pilih suami/istri! Seperti ayat dari Al
Qur’an surah Al Furqan ayat 27-29 yang berarti:
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata. “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.
Nah, karena itu maka kita harus bisa
cerdas memilih teman, jika tidak cerdas, kita bisa-bisa tewas! Ngeri amat, ya?
Iya. Ciri-ciri teman yang baik dalam sebuah pertemanan yang baik diatur dalam
islam juga, lho! Betapa Maha Agungnya Allah sampai-sampai mengatur tentang
pertemanan ini. Salah satunya ada dalam dalil Al Qur’an surah As Ashr di atas
tadi dan An Nisa ayat 69 yang berarti :
Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu; Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Juga terdapat dalam dalil As Sunah yang
diriwayatkan Al Hakim dalam Al Mustadrak, ia berkata, “Hadist ini shahih
isnadnya, meski tidak dikeluarkan oleh al Bukhari Muslim.”
Dari Ibnu Umar ra., ia berkata; Rasulullah bersabda; Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan para Nabi dan Syuhada. Para Nabi dan Syuhadah pun berghitbah pada mereka di hari kiamat karena kedekatan mereka dengan Allah dan kedudukan mereka di sisi Allah. Kemudian seorang Arab Badui (yang ada di tempat Nabi berbicara) duduk berlutut, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka dan uraikanlah keadaan mereka pada kami!” Rasulullah bersabda, “Mereka adalah sekelompok manusia yang beraneka ragam, yang terasing dari kabilahnya. Mereka berteman di jalan Allah, saling mencintai karena Allah. Allah akan membuat mimbar-mimbar dari cahaya bagi mereka di hari kiamat. Orang-orang merasa takut tapi mereka tidak takut. Mereka adalah kekasih Allah yang tidak memiliki rasa takut (pada selain Allah) dan mereka tidak bersedih.”
Dalam riwayat Ahmad dari hadist Abu Malik Al Asy’ari dinyatakan dengan lafadz : Tidak ada hubungan rahim serta kekerabatan di antara mereka, mereka saling mencintai karena Allah dan saling berkawan di antara mereka.
Dalam hadist riwayat Ath Thabrani dari hadist Amru bin Abasah dengan sanad yang menurut al Haitsami perawinya terpercaya dan menurut al Mundziri saling berdekatan serta tidak bermasalah, ia berkata; aku mendengar Rasulullah bersabda; “Mereka adalah kumpulan manusia yang terdiri dari orang-orang yang terasing dari kabilah-kabilah, mereka berkumpul atas dasar dzikir kepada Allah, kemudian memilih perkataan yang baik-baik sebagaimana orang yang memakan buah-buahan memilih yang baik-baik.”
Dari dalil di atas, dapat diketahui bahwa
pertemanan haruslah karena Allah dan atas akidah Islam. Tidak boleh yang lain,
karena jika yang lain, bisa-bisa pertemanan kita tidak direstui dan diridhoi
oleh Allah. Bukannya masuk surga bareng-bareng, malah masuk neraka
bareng-bareng. Seperti yang tercantum di Al Qur’an surah As Shaf 21-33 di bawah
ini yang berarti:
Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya. (Kepada malaikat diperintahan): Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah, (selain Allah); maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya: “Kenapa kamu tidak tolong menolong?” Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri. Sebahagian dan mereka menghadap kepada sebahagian yang lain berbantah-bantahan. Pengikut-pengikut mereka berkata (kepada pemimpin-pemimpin mereka): “Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dan kanan.” Pemimpin-pemimpin mereka menjawab: “Sebenarnya kamulah yang tidak beriman.” Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamulah kaum yang melampaui batas. Maka pastilah putusan (azab) Tuhan kita menimpa atas kita; sesungguhnya kita akan merasakan (azab itu). Maka kami telah menyesatkan kamu, sesungguhnya kami aalah orang-orang yang sesat. Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam azab.
Nah, dalam keadaan itu, terdapat pula
orang-orang yang ketika masa hidupnya memilih untuk berteman dengan orang-orang
saleh. Mereka rela menjadi orang yang terasing di kaumnya, karena kecintaan
mereka kepada Allah. Dijelaskan keadaan mereka di akhirat pada surah yang sama
pula di ayat selanjutnya bahwa mereka mendapat kenikmatan. Dan percakapan
mereka terekam dalam ayat 50-61 yang berarti :
Lalu sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka; “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata; “Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)? Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?” Berkata pulalah ia; “Maukah kamu meninjau (temanku itu)?” Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. Ia berkata (pula); “Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku, jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).
Sehingga, dari penjelasan di atas, haram
hukumnya menjadikan kafir sebagai teman akrab dan penolong kita. Menjadi teman
biasa, tentu boleh, apalagi jika mereka sebagai target dakwah yang memerlukan
pemahaman tentang Islam. Namun, bagaimana jika malah kita yang masuk ke dalam
agama mereka? Wah. Parah, tuh. Dalil tentang itu ada di Al Qur’an an Nisa ayat
138-139 yang berarti :
Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir sebagai teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
Juga dalam surah Al Qur’an lainnya :
Dan
teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu setan-setan dalam
menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan). (TQS. Al A’raf :
202)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (TQS. At Taubah : 16)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalanKu dan mencari keridhaanKu (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (TQS. Al Mutahanah : 1)
Wah, banyak banget ya penjelasan tentang
teman dalam islam? Sebenarnya sih ada lebih banyak lagi dalil, namun kalau saya
menjelaskan semuanya, bisa-bisa penjelasan ini tidak akan berakhir. Jadi, teman
yang baik di dunia saja tidak cukup. Teman yang baik akhirat juga harus! Bukan
sekedar teman yang selalu mau mendengarkan curhatanmu, mau diajak main atau
belajar bareng. Tapi, teman yang mengajakmu semakin dekat dengan Allah dan
surgaNya.
Terlebih lagi di kehidupan yang
neo-jahiliyah ini, kita memerlukan teman agar ada orang yang akan menarik
ketika futur, mendorong untuk maju, mendampingi dan melindungi kita dari
kesesatan. Ketahuilah, bahwa serigala senang dengan domba yang sendiri daripada
domba yang bersama kawananya.
Hem, penjelasan tentang teman sampai
sejauh ini, ya? Makanya, kalian jangan merasa heran dengan tulisan saya di awal
yang rada alay tentang teman. Karena memang, posisi seorang teman itu sangat
menentukan diri kita. Sangat penting! Ada yang bilang, teman adalah cermin
kita, ada juga yang bilang, jika ingin melihat orang lain, lihatlah temannya.
Dan lain sebagainya.
Mengembaralah, bertualanglah, pergi lebih jauh mengenal banyak orang, berteman dengan banyak orang! Carilah teman-teman yang akan membawamu menuju cahaya Allah!
Apa kalian sudah punya teman yang tepat?
Komentar
Posting Komentar