Apakah
saya dulu pernah mengatakan kalau saya paling tidak suka membahas tentang
remaja? Yup, kalau sudah pernah, baguslah. Tapi, kalau belum pernah, saya
sampaikan lagi kalau saya sama sekali tidak suka membahas remaja. Kenapa? Apa
karena saya tidak pernah menjadi remaja? Tidak, bukan itu, karena saya sampai
sekarang (merasa) masih remaja. Atau apa karena saya sirik sama masa muda?
Tidak juga, karena masa muda selalu abadi, begitu kata-kata guru Guy! #ngawur
Pokoknya,
saya sama sekali tidak suka! Tapi, kenapa judulnya tentang remaja? Yah, mau
tidak mau saya harus membahas remaja. Kenapa? Karena remaja itu, dikasih tau
aja suka ngeyel, apalagi gak dikasih tau, tambah buat masalah! Nyebelin banget
gak sih?
Pertama,
mari kita membahas siapa itu remaja. Remaja adalah masa peralihan dari
anak-anak menuju dewasa. Siapapun yang ada di umur antara 13-19 tahun disebut
dengan remaja. Bahkan banyak yang mengatakan batas akhir remaja hingga berumur
21 tahun. Apapun itu, remaja tetaplah masa peralihan yang membingungkan. Sebagai
pengamat remaja amatir, saya memandang remaja sebagai masa dimana seseorang
menjadi anak yang labil dan masa pencarian. Pencarian jati diri, identitas,
pengakuan oleh orang lain, kebenaran, harga diri, dan cinta. Semuanya adalah
hal yang menyebabkan para remaja menjadi makhluk yang paling menyebalkan di
muka bumi ini sekaligus menjadi makhluk yang paling keren!
Menyebalkan
karena dalam masa pencariannya terkadang mereka melalui jalan yang rumit,
berputar-putar, kadang salah arah yang akhirnya membuat kerusakan, kesusahan,
kesulitan, dan hal menyebalkan lainnya. Keren karena ada juga di antara mereka
yang melalui jalan yang benar, membuat jalan baru, memperbaiki, menerobos
halangan dan akhirnya membuat kebahagian, keindahan, dan segala hal yang
menimbulkan decak kagum oleh banyak pihak. Ckckck… #berdecak
Nah,
kita akan membahaskan sisi menyebalkan dari remaja. Kok yang salah remaja
terus sih? Ya iyalah, siapa lagi yang salah? Mau nyalahin saya? Ya, gak bisa. Saya
kan penulisnya! #DiamukMassa
Remaja
kita saat ini sudah benar-benar dalam status darurat. Sebab dari perbuatan
mereka yang kehilangan jati diri itu membuat negeri ini pun kehilangan jati
dirinya. Mengapa? Karena remaja adalah masa penentu dan masa akibat pengasuhan.
Remaja adalah masa penentu saat ia dewasa nanti dan hasil dari pengasuhannya
ketika kecil. Maka, orangtua tentu saja berperan dalam hal ini. Kebanyakan
remaja yang melakukan tindak kriminal sejak dini karena mereka diasuh dengan
pola yang tidak islami, dengan kekerasan yang membuatnya menjadi kasar, kasih
sayang yang berlebihan yang membuatnya manja, dan pengabaian yang membuatnya
rendah diri dan apatis. Efeknya? Bisa dilihat saat ini, kriminalitas serta rasa
apatis dari menuju perbaikan.
Coba
kita melihat berita yang terjadi pada saat ini. Kurang dan lebihnya disebabkan
oleh remaja. Begal, cabe-cabean, terong-terongan, preman, mucikari, dan lain
sebagainya. Apa ini bisa disebut sebagai kenakalan? Tentu saja tidak, semua ini
bisa disebut dengan kriminalitas! Karena itu saya katakan bahwa judul
kriminalitas di atas sangat cocok! Kriminalitas dan kenakalan tentu saja
berbeda. Jika hanya sebatas nakal, anak berumur 0-5 tahun lebih pantas untuk
itu. Mereka yang menangis terus, berteriak, berlari, tidak mau diam, itu lebih
pantas disebut nakal dengan umur balita atau anak-anak. Karena kenakalan
mereka, kita sampai merasa gemes dan mau mencubit pipi mereka. Tapi bagaimana
dengan remaja? Apalagi mereka lebih nakal dari itu, kriminal! Membuat kita gemes.
Bukan untuk dicubit pipinya, tapi dijitak kepalanya!
Perlu
memberikan stigma kriminal atas semua perbuatan mereka dan memberikan hukuman
keras. Dengan begitu, mereka akan paham bahwa apa yang mereka lakukan itu
memang tidak layak untuk dilakukan siapapun, meskipun orang dewasa! Tapi, apa
cukup dengan hukuman? Tentu saja tidak. Namanya juga remaja, seperti yang saya
katakan di atas, paling-paling masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Alangkah baiknya mereka juga perlu diberikan pembinaan yang intensif.
Sayangnya,
kita sama sekali tidak sadar akan bahaya yang mengintai kita dan remaja ini.
Kita lupa bahwa mereka yang akan menjadi generasi penerus. Sedih bin miris
kalau mengetahui bahwa remaja muslim saat ini sangat jauh berbeda dari remaja
muslim ketika Khilafah tegak, ketika islam Berjaya. Sebutlah Ali bin Abi Thalib
yang masuk islam pada umur 8 tahun dan menjadi Bapak Ilmu, Salman al Farisy
yang memberikan strategi perang Khandaq, Harun ar Rasyid yang menjadi Khalifah
pada umur 21 tahun dan menjadi Khalifah yang pada masanya ilmu di dunia islam
mendunia, Salahuddin al Ayyubi yang membebaskan Palestina untuk kedua kalinya,
Mehmed al Fatih yang membebaskan Konstatinopel pada umur 21 tahun, dan banyak
lagi. Disebutkan satu persatu hanya akan membuat saya lelah mengetik.
Mengapa
bisa demikian? Mengapa bisa berbeda sejauh ini?
Tanjung Palas, 14 Juli 2015
27 Ramadhan 1436
Komentar
Posting Komentar