Bagaimana Seharusnya Kita Beribadah Kepada Allah Ta'ala (Part 2 - Habis)


Kita sering mendengar tentang bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah ta’ala. Ada yang mengatakan bahwa kita tidak boleh beribadah kepada Allah semata-mata karena kita takut dengan neraka dan siksaNya, karena akan membuat kita menjadi budak. Pun tidak boleh beribadah kepada Allah semata-mata karena kita mengharapkan surga dan segala kenikmatan dariNya, karena akan membuat kita menjadi pedagang yang terus mencari keuntungan. Kita harus beribadah kepada Allah semata-mata karena kecintaan kita padanya, ikhlas tanpa mengharapkan suatu apapun, benarkah?
Nah, kali ini, tulisan ini akan membahas tentang bagaimana kita seharusnya beribadah kepada Allah. Saya sendiri masih memiliki banyak kekurangan, tapi tidak ada salahnya membagikan ilmu, bukan? Mari kita saling memperbaiki diri!

---- Teori kedua ---- 
“Bahwa kita tidak boleh beribadah kepada Allah semata-mata karena kita mengharapkan surga dan segala kenikmatan dariNya, karena akan membuat kita menjadi pedagang yang terus mencari keuntungan.”
            Tentu saja hal ini tidak benar sepenuhnya. Karena sesungguhnya Allah-lah yang telah mewajibkan manusia untuk mengharapkan surga dan segala kenikmatan di dalamnya, serta mengharap rahmat Allah dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Beriman bahwa surga adalah hak yang disediakan hanya bagi orang-orang yang beriman dan diharamkan atas orang-orang kafir selamanya, merupakan bagian dari keimanan kepada hari akhir. Dalilnya adalah sebagai berikut.
            Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (TQS. Ali Imran : 133)
            Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, “Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Allah kepadamu.” Mereka (penghuni surga) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir. (TQS. Al A’raf : 50)
            Nah, dari dua ayat tersebut kita bisa mengetahui bahwa surga adalah hal yang memang menjadi hak seorang manusia dan bukan tidak mungkin menjadi kewajiban bagi seorang manusia untuk mengharapkannya ketika ia melakukan sesuatu. Hal lain yang harus kita ingat juga, bahwa Allah mewajibkan kita untuk berharap dan berbaik sangka kepadaNya, seperti wajibnya kita takut kepadaNya. Diantara tanda berbaik sangka kepada Allah adalah mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan dan pertolongan dariNya. Nah, dalilnya ada di bawah ini.
            Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (TQS. Al Baqarah : 218)
            Dan berdoalah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (TQS. Al A’raf : 56)
            Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan azabNya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti (TQS. Al Isra : 57)
            (Apakah kamu hal orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (TQS. Az Zumar : 9)
            Sementara dalil-dalil dari As Sunah adalah sebagai berikut.
            Dari Anas ra. sesungguhnya Nabi saw. masuk untuk menemui seorang pemuda yang sedang sakaratul maut, maka Rasulullah saw. bersabda: “Bagaimana keadaanmu?” Pemuda itu berkata, “Ya Rasulullah saw.! aku mengharapkan rahmat Allah dan aku sangat takut akan dosa-dosaku.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah takut dan roja (harapan) berkumpul dalam hati seorang hamba dalam keadaan seperti ini kecuali Allah akan memberikan kepadanya apa-apa yang diharapkannya, dan akan memberikan keamanan kepadanya dari perkara yang ditakutinya.” (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah, Al Mundziri berkata, “Hadist ini sanadnya hasan.”)
            Dari Anas ra. Ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Allah berfirman, “Wahai anak Adam! Sesungguhnya engkau selama berdoa dan berharap kepadaKu, maka Aku pasti akan memberikan ampunan kepadamu atas segala dosa-dosamu dan Aku tidak akan peduli. Wahai anak Adam! Andaikata dosa-dosamu sampai ke langit kemudian engkau memohon ampunan kepadaKu, maka pasti Aku akan memberikan ampunan kepadamu. Wahai anak Adam! Jika engkau datang kepadaKu dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, kemudain engkau bertemu denganKu, tapi engkau tidak menyekutukanKu sedikit pun, maka pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh bumi.” (HR. At Tirmidzi, ia berkata, “Hadist ini hasan.”)
Sudah jelas bukan jika ketika mengharapkan rahmat, ampunan dan surga Allah adalah hal yang diwajibkan. Berbaik sangka kepadaNya juga termasuk kewajiban, sehingga haram hukumnya jika berputus asa terhadap rahmat Allah. Dalilnya sebagai berikut .
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (TQS. Yusuf : 87)
            Dari Ibnu Abbas, ada seorang lelaki berkata, “Ya Rasulullah saw.! Apa dosa besar itu?” Rasulullah saw. bersabda: “Dosa besar itu adalah musyrik kepada Allah, putus asa dari karunia Allah dan putus harapan dari rahmat Allah.” (Al Haitsami berkata, “Telah diriwayatkan oleh Al Bazzar dan Ath Thabrani para perawinya terpercaya.” As Suyuti dan Al Iraqi menghasankan hadist ini.)

---- Teori Ketiga ---- 
"Bahwa kita harus beribadah kepada Allah semata-mata karena kecintaan kita padanya, ikhlas tanpa mengharapkan suatu apapun."
            Memang benar bahwa alasan kita beribadah adalah karena cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah dan Rasulnya dihukumi wajib, bahkan tercantum dalam beberapa dalil, diantaranya adalah sebagai berikut.
            Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (TQS. At Taubah : 24)
Dari Anas ra. sesungguhnya Nabi saw. bersabda : “Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari yang lainnya; orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke Neraka.” (Mutafaq Alaih)
Tapi, bukan berarti kita tidak takut kepada Allah dan tidak mengharapkan surgaNya. Karena seperti yang disebutkan di poin-poin sebelumnya bahwa takut kepada Allah dan mengharapkan rahmatNya adalah kewajiban, jika kita tidak mengerjakannya, maka kita akan berdosa dan bahkan bisa menjadi kafir, naudzubillah min dzalik.
Kita juga pernah mendengar lagu populer Indonesia yang salah satu liriknya adalah :
Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepadaNya?
Lagu ini tentu menggiring kita menuju pemahaman yang salah. Seperti yang sebelumnya disampaikan bahwa manusia memiliki naluri untuk mendapatkan sesuatu, pengharapan, keinginan, imbalan, dan lain sebagainya. Naluri ini adalah manifestasi dari naluri mempertahankan dirinya. Jika kita memaksa seorang manusia untuk melakukan sesuatu tanpa adanya imbalan, maka kita harus mematikan naluri pengharapannya itu. Kita harus membuatnya menjadi manusia tanpa nafsu. Dari diciptakannya surga dan neraka, kita bisa melihat betapa Maha Besar Kekuasaan Allah! Allah sangat paham akan manusia yang memiliki sifat pengharapan. Allah-lah Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu! Subhanallah!
            Jadi, kesimpulan dari pembahasan yang super panjang di atas adalah :
1.              Takut kepada azab, siksa, murka Allah serta nerakaNya adalah wajib.
2.              Mengharapkan rahmat, surga dan berbaik sangka kepadaNya adalah wajib.
3.              Cinta kepada Allah dan RasulNya adalah wajib.
Karena ketiga hal tersebut wajib, maka pelaksanaannya pun harus pula bersamaan, tidak ada pilihan untuk memilih salah satu. Pilihlah ketiganya. Sehingga, ketika kita beribadah kepada Allah, kita paham mengapa kita beribadah dan apa alasannya. Juga agar kita terhindari dari perbuatan yang sia-sia, yang kita anggap sebagai suatu ibadah. Selalu ingat pula bahwa ibadah yang dimaksudkan adalah mematuhi segala perintahNya dan menjauhi larangannya, bersedia patuh, tunduk dan taat kepada Allah dan RasulNya.
Wallahu a’lam bi ash shawab
            Sudah siapkah kita untuk meraih ridho Allah ta’ala?

Sumber :
1.       Al Qur’an dan As Sunah
2.      Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah (Hizbut Tahrir Press)

3.      Dan sumber bacaan lainnya

Komentar