Kebahagiaan


Kebahagiaan adalah suatu hal yang sulit dideskripsikan. Bahkan sulit untuk mendefinisikan apakah ia masuk ke dalam kategori emosi atau perasaan. Yang terpenting, kebahagiaan adalah hal yang menyenangkan bagi setiap manusia yang memilikinya. Entahlah, apakah kebahagiaan itu sendiri merupakan suatu hal yang harus dimiliki ataukah ia hasil dari apa yang kita miliki. Kebanyakan orang-orang juga tidak memahaminya. Hingga akhirnya mereka mencari 'bentuk' dari kebahagiaan itu sendiri dan melupakan bahwa mereka memiliki sesuatu yang menghasilkan dan mendatangkan kebahagiaan.
Ia pun bersifat subjektif. Terkadang tak semua manusia memiliki kebahagiaan pada suatu hal yang sama. Kadang berbeda, kadang sama. Begitu subjektifnya sampai-sampai penilaian kebahagiaan pada orang lain pun berbeda-beda. Tapi, tahukah Anda, bahwa kebahagiaan itu bukan sekedar pandangan subjektif saja. Sejak dahulu, dahulu sekali, bahkan mungkin sebelum bumi ini diciptakan, kebahagiaan sudah memiliki bentuk yang objektif. Bukan, ia bukan bentuk materi atau manfaat seperti yang dijabarkan para sosialis atau liberalis, ia lebih tinggi lagi dan hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang hatinya sudah saling berpautan dengan Allah. Ya, kebahagiaan itu terletak pada ridho Allah!
Apapun yang terjadi, sedih ataupun senang, suka ataupun duka, akan selalu ada orang yang berbahagia. Mengapa? Karena ia paham kebahagiaannya terletak pada ridho Allah subhanallah wa ta'ala. Ia percaya akan firman Allah, bersama kesulitan ada kemudahan. Karena kesulitan bersama kemudahan, ia percaya kepada kekuasaan Allah. Ia percaya kepada takdir indah yang akan diberikan oleh Allah padanya. Kalau pun dalam kemudahan, ia percaya Allah akan memberikan kesulitan kepadanya. Karena itu ia selalu siap dengan segala hal yang akan ia hadapi. Bahkan tak jarang ia menunggu kesulitan, karena ia yakin kesulitan membawa kemudahan.
Kepercayaan? Ya, mungkin memang rasa kepercayaan adalah hal yang membawa kebahagiaan. Keimanan yang tertanam dalam hati mendatangkan kebahagiaan. Ia percaya kepada Allah, malaikat-Nya, firman-firmanNya, RasulNya, hari akhir dan keputusanNya. Kepercayaan itu membuatnya mengerti akan arti sebuah kebahagiaan. Ia akan terus berjalan di jalan yang ia percayai, yang ia imani. Meskipun kesulitan, kesukaran, kesedihan dan kesakitan sering kali menghiasi hidupnya, tapi ia bahagia. Karena ia percaya bahwa akan ada sesuatu yang indah dari Allah yang akan ia dapatkan. Mungkin tidak di dunia, tapi di akhirat. Tak ada tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dari meraih ridho Allah baginya, mendapatkan segala kesulitan itu pun adalah suatu kebahagian. Bukankah teorinya semakin besar kesulitan, bila kita bisa melewatinya akan menghasilkan kemudahan yang sama besarnya? Ia percaya dan ia bahagia karena itu.
Kebahagiaan selalu menjadi hal yang dicari, padahal kebahagiaan selalu ada, hanya kita yang tidak menyadarinya. Seorang muslim adalah mereka yang paham akan kebahagiaannya. Kebahagiaan tidak menuntut sebuah senyuman, ia bisa datang bersama dengan jatuhnya air mata. Karena itu, jangan bersedih. Berbahagialah dengan meraih ridho Allah.
Jogjakarta, 5 Juni 2015
09.35

Komentar