Kerinduan

Ia datang di saat yang tak diduga. Saat sepi ataupun di tengah keramaian. Menusuk tepat di ulu hati. Namun, anehnya kita tak pernah tahu seperti apa bentuknya, ia hanya terasa sakit. Menusuk, memutar, dan bertahan lama, lebih lama dari yang kita duga. Sakit.

Rasa sakit itu tak serta merta kita benci. Ia terkadang menggelitik, membuat kita merasa geli. Namun bukan tawa yang keluar, namun tetesan-tetesan air mata yang dengan perlahan mengalir. Meskipun bibir memaksakan diri untuk tersenyum, namun rasa itu mampu membuat kelenjar air mata terus bekerja.

Apa karena jarang bertemu? Mungkin. Tapi bagaimana jika tidak pernah bertemu sebelumnya? Itu mungkin juga. Atau karena baru saja bertemu? Bisa jadi. Semua kemungkinan itu tak sedikit pun bisa terjawab dan tak satu pun bisa terbantahkan. Karena semuanya benar, semuanya ada.

Rasa sakit itu tak serta merta hilang dengan ucapan 'aku merindukanmu'. Ia tak juga hilang ketika bertemu, karena terkadang ketika bertemu kita pun mengalami rasa lain, cinta dan takut akan kehilangan, takut akan rasa rindu yang mungkin datang lagi. Perasaan yang membingungkan. Sayangnya, setiap manusia memiliki itu.

Jika bisa, ingin kukirimkan rasa rindu ini jauh-jauh. Sejauh-jauhnya yang bisa kukirimkan. Setidaknya tepat ke hati orang yang saat ini kurindukan. Melintas di wajahnya yang teduh, senyumannya yang indah dan segala sesuatunya yang membuatku merindukannya. Agar ia merasakan betapa sakitnya merindu itu.

Tapi, tak selamanya rindu itu menyakitkan. Ia menyenangkan, setidaknya menyadarkan diri ini adalah manusia. Hanya manusia.

Kerinduan.

Terkirim untuk : Rasulullah, Mama, Abah, Mila, Hakim, Tika, Nenek, yah segalanya yang ada di rumah sana, berikut para sahabat pengukir memori indah.

Komentar