Wonderful Story of Turkey (Part 1)

Adalah hal yang menakjubkan jika bisa menginjakkan kaki di tempat yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Tidak, saya sudah pernah membayangkan tempat ini. Namun ternyata tempat ini lebih dari apa yang saya bayangkan. Karena itu, saya akan mulai menceritakan perihal tempat ini.

Pertama-tama, saya akan memberikan sedikit bocoran tempat yang saya kunjungi ini. Tempat ini lumayan terkenal, mungkin sangat terkenal. Terbukti banyak sekali turis yang mengunjungi berbagai tempat wisata disana. Baik dalam maupun luar negeri. Kenapa banyaknya ragam turis membuktikan terkenalnya suatu tempat? Yah, tentu saja. Buktinya di Gunung Putih, tempat wisata di Bulungan, hanya dihadiri oleh segelintir orang. Itupun dengan berbagai niat dan tujuan. Tidak terkenal, bukan? Pastilah kalian juga tidak kenal, hahaha. Karena itu, datanglah! #promosi

Memiliki sejarah panjang kegemilangan Islam sekaligus keruntuhan Islam, semua ada disini. Sejarah mencatat banyak sekali kisah dari tempat ini. Tempat yang begitu berharga sehingga diperebutkan oleh dua kubu, cahaya dan kegelapan. Drakula versus al-Fatih. Sampai sekarang, apakah kamu mulai sedikit paham?

Berada di dua benua. Karena itu negara ini juga disebut negara yang serakah, menurut saya, hehe #abaikan. Dibilang Asia, gak juga. Dibilang Eropa, nanggung banget wilayahnya. Pokoknya seperti itu. Sulit untuk disampaikan dengan kata-kata.

Apa kamu sudah mengetahuinya? Yup, tempat yang dimaksud adalah Malaysia, eh Turki. Kok kamu salah tebak sih? #salahFokus. Kenapa saya bisa ada disini? Ah, ceritanya panjang dan agak tidak penting, jadi diabaikan saja ya! Yang terpenting saya disana bukan dalam rangka menjadi TKW atau korban penjualan manusia. Bukan sama sekali! Tenang saja sodaraku! Saya pergi kesana bersama dengan seorang ibu dari sepupu saya, lebih tepatnya adik ibu saya, alias acil saya. Acil berarti tante dalam bahasa Bulungan. Tapi saya memanggilnya mami, supaya lebih cucok. Hehe. Karena kalian memaksa, baiklah saya akan bercerita. Sebenarnya ini salah satu paket perjalanan umroh. Nah, untuk pembahasan umroh, saya bahas nanti ye... Hehe. :-v

Saya sendiri sama sekali tidak terlalu semangat ketika akan pergi ke Turki. Karena cerita awalnya saya sangat ingin pergi ke Jepang (korban anime) dan mau pergi ke Beijing. Namun keinginan hanya keinginan saja, Allah yang menentukan. Setidaknya, yang ditentukan Allah lebih baik. Iya kan? Saya tidak bisa membayangkan seperti apa Turki itu sebelumnya. Tidak sama sekali. Sudah jelas saya tidak bisa membayangkan seperti apa wilayah Asia dan Eropa berdampingan. Sudah, saya mulai saja.

Kami berangkat ke Turki jam delapan lebih tiga puluh menit malam dari Jakarta. Ternyata bandara Soekarno-Hatta itu gede banget! Sumpah! Maklum, anak kampung #abaikan. Kami pergi menuju Singapura untuk transit sebentar setelah itu kembali melanjutkan perjalanan. Ternyata ada pemain bola dari Suriah. Entah itu timnas atau timda atau tim biasa aja. Gak kenal. Saya bukan penggemar bola, sih. Yang terpenting, mereka pada ganteng-ganteng. Eh, salah fokus lagi. Hehe. Gak ding, tapi mereka beneran ganteng kok. Tapi saya gak bahas itu. Perjalanan menuju Singapura adalah satu jam perjalanan dan menuju Turki adalah dua belas jam. Dua belas, mamen! Dua belas! Ngapain aja di pesawat selama dua belas jam? Tidur aja capek, loh. Badan saya tuh kaku. Jadi tiap kali buka mata, saya berharap sudah pagi. Tapi tidak sodaraku, malam terus berlanjut selama 12 jam itu. Ya, tentu saja. Saya pergi ke arah barat, yang berarti melawan matahari. Wih, bahasanya keren ya! Tidak juga. Lalu bagaimana dengan solat? Saya solat di pesawat dengan wudhu secara tayamum dan solat dengan duduk. Islam tidak menyulitkan kok? Lalu waktunya? Ikut waktu di perjalanan saja. :-)

Sesampainya di bandara, suasana bandara sangat ramai. Terutama bagian pemeriksaan kelengkapan paspor dan lain-lain. Oh ya, jangan lupakan toiletnya. Disana juga ramai! Berbagai macam etnis dan agama ada disini. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan. Yang paling lucu ya, ada sepasang suami istri yang menggendong sepasang bayi kembar. Satu digendong ibunya, satunya lagi ada di ayah. Dan satu lagi, si kakak yang saya perkirakan berumur empat tahun, berpegangan dengan si ayah. Iya, ternyata ada 3 balita diurus 2 orang dewasa. Imut banget! Jadi pengen punya banyak anak. Lho? Pokoknya suasana di bandara International itu kompleks banget. Ada yang pergi dengan terburu-buru, ada yang berpisah dengan keluarganya sambil bersedih muka, dan ada yang berombongan pula. Benar-benar pemandangan langka bagi saya, dan pemandangan biasa bagi para pegawai bandara.

Setelah mengambil koper dan juga mengambil jaket tebal, kami pun pergi menuju bis di luar. Begitu membuka pintu, angin musim dingin dengan suhu 5°C menerpa wajah dan hati ini #cieh. Benar-benar mengejutkan! Ekstrim bung! Salah satu teman yang berasal dari Jakarta berkata, "kalau di Jakarta, buka pintu langsung kepanasan. Ini buka pintu langsung kedinginan!" Memang beda, bung!

Kami langsung pergi menuju Topkapi Castle. Kastil peninggalan Khilafah dinasti Utsmaniyah. Masya Allah, disini benar-benar terasa kegemilangan Islam dan misteri keruntuhan Islam secara bersamaan. Kalau soal keindahannya, sudah tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Terbuat dari batu-batuan, sebagian marmer, dengan hiasan kaca warna-warni, rangkaian kaligrafi dengan tinta emas, serta karpet tebal yang indah. Sungguh benar menjadikan Turki sebagai negeri panutan arsitek sedunia hingga sekarang. Bayangkan saja, di dunia seperti ini indahnya, kalau di surga.... Masya Allah!

Tempat ini sangat luas layaknya kastil seperti biasa. Kami memasuki bagian diskusi khalifah, muawin dan para pejabatnya untuk mengurusi urusan umat. Bahkan meskipun suatu keadaan beliau tidak bisa menghadiri, beliau ikut mendengarkan dari balik jendela di dalam biliknya. Benar-benar sangat menakjubkan.

Kami lalu pergi menuju ruangan pribadi khalifah yang besar. Pertama, harus memasuki kastil lagi. Di atasnya terpampang kaligrafi yang sama dengan bendera kebanggaan Islam, la ilaha ilallah. Di atas kaligrafi berkibar bendera nasionalis yang diusung seorang pengkhianat. Begitu masuk, kami langsung ke ruangan yang berisi banyak sekali benda bersejarah. Seperti kunci-kunci kabah terdahulu, tongkat nabi Musa, pedang Rasulullah dan sahabat, jilbab Fatimah, dan lain-lain. Saya agak tidak percaya tentang tongkat nabi Musa sih, tentang keasliannya. Karena bukankah itu jauh beribu tahun sebelum nabi Muhammad, kok belum hancur ya? Kalian boleh percaya, tapi saya belum bisa sampai menemukan bukti nyata lainnya. Hehe, saya memang orang yang sulit percaya, ciehh... Oh ya, pedang para Rasulullah dan para sahabat itu sangat besar dan tampaknya sangat berat. Membayangkan mereka berperang dengan pedang-pedang itu sudah cukup membuat saya takjub. Setidaknya jilbab Fatimah membuktikan bahwa pakaian syar'i untuk perempuan adalah baju yang longgar dan seperti lorong, menutup dari atas sampai bawah. Bahasa Indonesianya sih gamis, ya!

Kami juga memasuki ruangan penuh batu. Eh, batu permata maksudnya. Batu-batu yang indah. Untuk di sesi barang-barang bersejarah, dilarang membawa kamera. Sayang sekali, bung! Mungkin pemerintah takut kalau barang-barang itu hilanh sekali terkena jepretan kamera. Haha. Harusnya kami masuk ke dapur istana, siapa tahu ada yang masak, tapi tante saya tidak mau. Yah, gak jadi deh. Kami masuk ke kamar khalifah. Biasa aja sih, kayak kamar biasa. Tapi tetap dengan keindahan istana. Kami juga tidak masuk ke ruangan hareem, kamar istri-istri khalifah.

Selanjutnya saya akan bercerita tentang Blue Mosque-->> To Be Continued.

Komentar