Apa
kalian sering mendengar istilah itu? Aku sering. Bagi yang sering menonton
anime, mungkin juga sering mendengarnya. Ah, lebih tepatnya, aku sendiri lupa
dimana pernah mendengar istilah ini. Tapi ketika pertama kali mendengarnya, aku
rasa masuk akal juga. Bila semua bisa diselesaikan dengan maaf, lalu apa fungsi
dari polisi?
Polisi
atau penegak hukum adalah pekerjaan yang mulia di mata kebanyakan masyarakat.
Meskipun saat ini, nama polisi sudah tercoreng di tubuh masyarakat itu sendiri.
Bahkan banyak survey yang membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat kepada
polisi sudah menurun. Semuanya terjadi karena banyaknya oknum polisi yang
melibatkan dirinya sendiri ke dalam hal kriminal itu. Seperti korupsi,
pembunuhan, tindak asusila, narkoba, dan lain sebagainya. Memang tidak
semuanya, seperti yang aku katakan di atas. Hanya oknum tertentu saja. Tapi
bubur sudah jadi nasi, eh nasi sudah menjadi bubur, masyarakat sudah terlanjur
menggeneralisir polisi sebagai pihak yang tak lebih hanya berfungsi sebagai
penakut para penjahat yang kadang tidak ampuh sama sekali selain menjadi polisi
tidur. Entahlah.
Maaf
adalah suatu kata yang penuh arti. Meski simpel, tapi maaf adalah hal yang paling
sulit. Memaafkan dan meminta maaf adalah hal yang berbeda meskipun sama
sulitnya. Memaafkan, orang yang memaafkan haruslah memiliki hati yang lapang
seluas langit dan bumi serta sedalam lautan. Hal seperti itu memang kadang sulit
untuk dilakukan. Maaf dan sabar adalah sahabat karib, bahkan dalam hal
memaafkan, sabar selalu menjadi sahabatnya. Ketika orang yang sudah kita
maafkan kembali melakukan hal yang sama. Sabar dan memaafkan selalu bersama.
Ketika sabar pergi, maka maaf tidak lagi bersemayam dalam hati. Meminta maaf
juga sulit. Jika dalam situasi diri tidak bersalah, atau dalam situasi memiliki
ego diri tinggi dan tidak adanya rasa sabar. Sabar selalu menjadi sahabat maaf.
Bahkan ketika meminta maaf, maka sabar selalu ada. Memang kenyataannya susah.
Memaafkan dan meminta maaf. Bahkan untuk memaafkan diri sendiri. Itu sangat
sulit sekali.
......
Lalu apa hubungannya dengan polisi?
.....
Sebenarnya
kata-kata diatas hanyalah sebuah ungkapan saja. Ungkapan bahwa pada saat ini
maaf sudah tidak ada gunanya lagi. Ketika berbuat salah, maka harus di hukum.
Hukum yang keras. Lebih tepatnya, jika berbuat salah, tidak ada ampun bagimu! Kurang
lebih begitu, mungkin ditambah backsound mengerikan dan tawa iblis, huahahahaha.
Kejam juga ya? Lagipula mereka siapa? Bahkan Allah saja Maha Pemaaf, mengapa
sebagai hambaNya kita tidak memiliki sedikit dari sifat itu?
Ketika
berbuat salah harus di hukum, maka kesalahan yang harus di hukum adalah
kesalahan yang memang sangat fatal dan wajib untuk di hukum. Ketika melanggar
syariat Allah maka wajib untuk di hukum. Meskipun begitu, bukan berarti hukum
sekedar hukum. Hukum yang kejam. Tapi hukum yang memberikan kenyamanan dan
ketentraman. Baik kepada si pelaku, korban, maupun siapa saja yang mungkin akan
menjadi pelaku atau korban.
Hukum
yang ditegakkan haruslah hukum yang adil. Bukan sembarang hukum. Bukan asal
tertangkap tangan, langsung dipotong tangan. Bukan asal tertuduh, langsung
dibunuh. Bukan asal banyak uang, dia yang menang. Bukan asal banyak keluarga
atasan, dia dilepaskan. Itu hukum rimba namanya. Karena itu, jangan heran kalau
akhirnya para penegaknya tidak punya nama sekarang
Hukum
yang ditegakkan haruslah hukum yang adil. Menindak dengan serius dan cermat.
Dilakukan oleh orang yang paham, profesional dan bertaqwa kepada Allah. Dengan
hukum yang diridhai oleh Allah SWT. Dan
semua itu hanya terjadi ketika hukum Allah benar-benar diterapkan! Bukan hukum
buatan manusia yang pada akhirnya ditindak dengan main-main oleh pemain yang
senang bermain-main.
Bahkan
penindakkan hukum dengan hukuman keras hanya terjadi dalam keadaan yang
benar-benar pada kondisi yang sebenar-benarnya. Ketika bukti sudah sangat kuat, ketika saksi tak dapat
berbohong, ketika jiwa sudah bersalah, ketika tidak ada jalan lain terkecuali
untuk dihukumi. Saat itulah hukum berjalan. Tidak seperti sekarang. Suara
senjata semena-mena terdengar, nyawa manusia tak kurang lebihnya dengan nyawa
hewan. Mungkin nyawa hewan malah lebih berharga. Apakah kalian tahu, ada banyak
sekali laporan salah tembak? Salah bunuh? Salah hukuman? Dan salah membebaskan
orang? Atau mungkin salah memberikan grasi? Yah, seperti itulah...
Karena
itu, kata-kata di atas sama sekali tidak memiliki landasan yang jelas. Buruk
luar dan dalam! Tidak jelas siapa pelaku dan korban. Apakah yang tersakiti
adalah korban atau pelaku? Apakah yang ada itu adalah yang terhukum atau yang
menghukum? Entahlah. Karena di sistem kapitalis seperti ini, standar baik buruk
itu tidak jelas keberadaanya. Bagai melihat laut tanpa dasar dan langit tanpa
tiang.
Karena
itu, kata-kata di atas sudah membuat semua manusia menjadi kehilangan perasaan.
Maaf, sabar, dan percaya, semua kata itu sudah hilang entah kemana. Bahkan
mungkin tidak tercetak di kamus manapun lagi.
Maaf, sabar, dan percaya sudah menjadi kata-kata yang langka dan mungkin
disimpan di museum.
.......
Karena itu, kata-kata itu sudah tidak
berguna lagi.
......
Tegakkan
hukum Allah, kibarkan bendera Rasulullah!
Karena
bumi milik Allah dan hanya kepadaNya-lah kita kembali!
(Masih belum pindah)
efek kepala bergeser :P
BalasHapuskepala siapa bergeser?
Hapus